Abstrak
Resepsi Perempuan dalam Film “Perempuan Berkalung Sorban” ( Studi Persepsi Perempuan Terhadap Masalah Ketidakadilan Gender yang Direpresentasikan dalam Film “Perempuan Berkalung Sorban” )
Oleh :
Halimah - D1207532 - Fak. ISIP
Media massa selama ini memahami bahwa segala hal yang menyinggung unsur agama, seks, gender dan kekerasan merupakan konsumsi besar masyarakat. Tema gender dan feminisme juga menjadi topik besar dan menarik untuk diperbincangkan, baik pro maupun kontra dikalangan masyarakat. Pada akhirnya media film turut mengulik wacana gender tersebut. Perfilman di Indonesia saat ini kebanyakan mengangkat tema horor komedi yang disertai adegan-adegan yang menonjolkan keseksian perempuan.
Film merupakan salah satu media komunikasi yang mengandung pesan yang sarat akan makna. Pesan dalam sebuah film tergantung dari hasil gagasan sutradara yang dipresentasikan bersama timnya. Film terbukti ampuh sebagai sarana penyampaian pesan-pesan dari komunikator (pembuat film) kepada komunikan (penonton). Pada penelitian ini, analisis resepsi digunakan sebagai suatu cara untuk mengetahui pendapat atau penerimaan khalayak terhadap pesan dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Penulis mengangkat film ini karena film layar lebar Indonesia jarang mengambil tema gender.
Dalam film Perempuan Berkalung Sorban, pembuat film ingin menyampaikan hak-hak dan suara perempuan dalam memperoleh keadilan. Selama ini, banyak perempuan-perempuan, khususnya di Indonesia yang belum memperoleh haknya. Film yang menggunakan latar belakang agama Islam ini, memilih setting sebuah pesantren. Disini, kaum perempuan dibatasi dalam melakukan banyak hal, misalnya dalam hal pendidikan, pembagian pekerjaan, serta masalah jodoh. Perempuan tidak boleh menuntut ilmu lebih tinggi dari laki-laki, perempuan hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak dan tidak boleh bekerja diluar rumah. Pada masa itu, perempuan juga tidak bisa menolak calon suami yang sudah ditentukan oleh orang tua.
Tokoh utama film ini, yaitu Annisa, mengalami banyak persoalan mengenai gender dan femisnisme. Annisa tidak boleh melanjutkan kuliah dan dipaksa untuk menikah. Setelah menikah, dia mendapat perlakuan tidak layak dari sang suami, yaitu kekerasan dalam rumah tangga dan poligami. Kekerasan yang banyak terjadi pada kaum perempuan disebabkan juga karena lingkungan sekitar dan dari diri sendiri.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa, permasalahan gender masih terus ada. Semakin berkembangnya zaman, para perempuan semakin ingin menunjukkan eksistensinya dan menuntut banyak kesamaan dengan laki-laki dalam berbagai hal. Mereka tidak ingin diremehkan dan direndahkan lagi oleh kaum laki-laki. Perempuan-perempuan zaman sekarang berani bersaing dengan kaum laki-laki, tentunya bersaing secara sehat dan dalam hal yang positif. Tetapi tetap saja dalam melakukan semua itu mereka harus dibatasi oleh kaidah agama dan norma-norma agar tetap berada pada kodratnya sebagai perempuan. Jangan sampai para perempuan melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan yang tugasnya sebagai ibu, merawat anak-anaknya dan berbakti kepada suami.