Abstrak


Responsivitas Dinas Kesehatan dalam Pembinaan Jamu Tradisional di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap


Oleh :
Wiji Wijayanti - D0107022 - Fak. ISIP

perkembangan tekhnologi yang makin pesat membuat perajin jamu tradisional yang di kecamatan kroya mencampur sejumlah produksi mereka menggunakan bahan kimia obat. bahan kimia obat merupakan suatu larangan dalam produksi jamu tradisional. hal ini menjadikan produksi jamu tradisional mendapat larangan produksi dan edar dari dinas kesehatan. penelitian ini bertujuan untuk mengkaji responsivitas dinas kesehatan dalam melakukan pembinaan terhadap perajin jamu tradisional dan mengetahui hambatan-hambatan dalam mewujudkan responsivitas tersebut. penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder, yang didapat dari hasil wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. tekhnik pengambilan sampel dengan purposive sampling. validitas data menggunakan triangulasi data. Analisis yang digunakan adalah analisis interaktif. hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan data-data yang diperoleh adalah berdasarkan empat komponen responsivitas yaitu kemampuan menanggapi permasalahan, kemampuan mengenal kebutuhan, kemampuan memenuhi kebutuhan dan kecepatan dalam memenuhi kebutuhan secara keseluruhan pembinaan yang dilakukan dinas kesehatan tidak responsif. Terdapat satu komponen dari keempat komponen tersebut diatas yang dinilai cukup responsif yaitu kemampuan dalam menanggapi permasalahan. Sedangkan komponen lainnya tidak responsif. hambatan yang terjadi dalam pencapaian responsivitas tersebut adalah masalah dana dan komunikasi. dana tersebut selain sebagai modal juga sebagai nilai keuntungan. sedangkan komunikasi yaitu lemahnya konsensus dan lemahnya penyampaian pendapat oleh pengusaha jamu. rekomendasi yang diberikan penulis adalah agar dinas kesehatan lebih memperhatikan: (i) kebutuhan-kebutuhan untuk perwujudan cpotb diantaranya adalah gedung standar cpotb, apoteker, perizinan, bahan baku dan pengetahuan tentang tanaman khasiat obat, (ii) berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan lebih cepat dan terarah agar permasalahan bko dapat cepat terselesaikan, (iii) mengintensifkan komunikasi dengan perajin melalui jejak dengar pendapat antara dinas kesehatan dan perajin.