Abstrak
Analisis Neraca Air Tanaman Untuk Penyusunan Pola Tanam Tanaman Semusim Pada Sawah Tadah Hujan Di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
Oleh :
Ardyanto Budi Setyawan - H0207027 - Fak. Pertanian
Neraca air merupakan perimbangan antara masukan (input) dan keluaran (output) air di suatu tempat pada suatu periode tertentu. Perhitungan Neraca air lahan menurut Thornthwaite and Mather (1957), digunakan untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air tanah untuk perencanaan pola tanam secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya masukan air, besarnya penggunaan air dan kehilangan air, kondisi neraca air tanaman, serta merancang pola tanam di sawah tadah hujan Kecamatan Gondangrejo.
Penelitian ini bersifat deskriftif eksploratif melalui survei lapang dan analisis data primer dan sekunder. Pola tanam disusun menggunakan neraca air lahan dan neraca air tanaman yang menggunakan data curah hujan 11 tahun terakhir. Penyusunan neraca air lahan dan neraca air tanaman pada lahan sawah tadah hujan di Gondangrejo memerlukan data evapotranspirasi, kapasitas lapang, dan titik layu permanen. Besarnya evapotranspirasi ditentukan dengan menggunakan software ETo calculator, dibutuhkan data letak lintang dan data iklim meliputi; suhu maksimum dan minimum, intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, kecepatan angin, serta ketinggian tempat. Penentuan kapasitas lapang dan titik layu permanen menggunakan software hydraulic properties calculator dengan menggunakan data tekstur tanah sebagai input. Tekstur tanah pada penelitian ini menggunakan metode hidrometer Bouyoucus. Pengambilan titik sampel pada Satuan Peta lahan (SPL), dilakukan berdasarkan konsep homogenitas karakteristik lahan (geologi, jenis tanah, kemiringan, dan penggunaan lahan) yang dikhususkan pada sawah tadah hujan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan neraca air lahan pada semua SPL memiliki kemiripan, sehingga pola tanam pada daerah ini juga memiliki kesamaan. Bulan defisit terjadi pada bulan Juni hingga September sebesar 248,5 - 272,5 mm/tahun, sedangkan bulan surplus terjadi pada bulan Oktober hingga Mei sebesar 751,7 mm/tahun. Pola tanam yang disarankan pada sawah tadah hujan di Kecamatan Gondangrejo yaitu padi (Oktober) – padi (Februari) – bero (Juni), atau sebagai alternatif lain yaitu palawija (Oktober) – padi (Februari) – bero (Juni). Kebutuhan air tanaman palawija dari yang terkecil sampai terbesar berturut-turut adalah : kedelai < jagung < kacang tanah. Peneliti menyarankan setiap desa dipasang alat penakar hujan untuk mengetahui distribusi hujan yang tidak merata, bulan surplus yang berlebihan pada musim hujan seharusnya dapat ditampung atau dibutuhkan alternatif konservasi pemanenan air hujan yang dapat digunakan sebagai irigasi buatan pada musim kemarau, tanaman hortikultura dapat ditanam di sela-sela bedengan untuk menekan masa tanam pada masa bulan bero yang memiliki curah hujan tinggi dan pengisian masa tanam padi serta palawija untuk menghasilkan produksi pertanian yang maksimal
Kata kunci : pola tanam, sawah tadah hujan, neraca air lahan, neraca air tanaman
The water balance is a balance between input and output of water in a certain place and periode. The calculation of land water balance according to Thornthwaite and Mather (1957) is employed to determine the agroclimatic condition, particularly the dynamics of soil moisture content to plan a general cropping patterns. This research was aimed at determined water input, water use and water loss, consumtif use crop water balance and designing a cropping pattern on rainfed paddy field at Gondangrejo District
The method is by field surveying and primary and secondary data analyzing (descriptive explorative) was desaigned . Cropping pattern based on the land and crop water balance which calculated using rainfall data of last 11 years. Land and crop water balance were determined by using formulas of evapotranspiration, field capacity and permanent wilting point. Evapotranspirationis calculated using latitude and climate data included maximum and minimum temperature, solar radiation intensity, air humidity, wind speed and altitude. Soil field capacity and permanent wilting point a software called hydraulic properties calculator that required soil texture data information was employed. Soil texture using the Bouyoucus method. Determining the sampling sites to take sample on Land Map Unit (LMU) is based on the concept of homogeneity of land characteristics (geology, soil type, slope and land use) which is specialized to rainfed paddy field. In the cropping pattern alternative were designed according to land and crop water balance condition.
The results showed that the land water balance at all LMU nearly similar, thus the cropping pattern is the same. Land water balance deficit from June to September were 248,5 - 272,5mm/year, and land water balance surplus occurs from October to May reached 751,7 mm/year. The alternatives of pattern designe are rice (October) - rice (February) - fallow (June) and or as an alternative is palawija crop (secondary crop) (October) - rice (February) - fallow (June). The crop water requirement of palawija crop from the bigger to the lower : soybean < corn < groundnuts in sequence. It is suggested to Gondangrejo District if other one sub-district one rain gauge to measurement of scraggly distribution rainfall, employed conservation alternatively such us “embung” (small dam) to accommodation rainfall on surplus month, and horticulture crop has cropped in rainfed to maximum production agriculture.
Keywords : cropping pattern, rainfed paddy field, land water balance, crop water balance.