Abstrak
Cerita Rakyat Dan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran Di Kota Semarang (Tinjauan Folklor)
Oleh :
Betha Ericka Ayu - C0107002 - Fak. Sastra dan Seni Rupa
2011. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah deskripsi Cerita Rakyat dan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran? (2) Bagaimanakah bentuk Cerita Rakyat dan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran? (3) Apa makna simbolik yang terkandung dalam perangkat atau alat-alat Upacara Adat Tradisional Dhugdheran? (4) Apa fungsi Cerita Rakyat dan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran bagi masyarakat pendukungnya? (5) Bagaimanakah upaya-upaya pemerintah kota Semarang dalam melestarikan budaya Upacara Adat Tradisional Dhugdheran? Adapun tujuan (1) Mendeskripsikan Cerita Rakyat dan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran (2) Mendeskripsikan bentuk Cerita Rakyat dan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran (3) Mendeskripsikan makna simbolik yang terkandung dalam perangkat atau alat-alat Upacara Adat Tradisional Dhugdheran (4) Mendeskripsikan fungsi Cerita Rakyat dan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran bagi masyarakat pendukungnya (5) Mendeskripsikan upaya-upaya pemerintah kota Semarang dalam melestarikan budaya Upacara Adat Tradisional Dhugdheran. 1Mahasiswa, Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0107002 2Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II Teori yang digunakan adalah teori folklor, karena bentuk karya sastra sebagian lisan merupakan bagian dari folklor. Dikatakan sebagian lisan karena dalam penelitian ini terdapat cerita rakyat yang penyampaiannya lisan, dan upacara tradisional yang berbentuk bukan lisan. Penelitian terhadap cerita rakyat Dhugdheran di Kota Semarang menggunakan Tinjauan Folklor. Bentuk penelitian ini adalah penelitian folklor. Sumber data primer yaitu informan, sumber data sekunder berupa buku-buku, artikel dan dokumen-dokumen budaya yang terkait dengan topik penelitian. Data primer yaitu cerita rakyat upacara adat tradisional Dhugdheran dari hasil wawancara dengan informan. Data sekunder adalah berupa keterangan atau informasi yang digali dari buku-buku, artikel dan dokumen-dokumen budaya yang terkait dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi langsung dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan cara pengumpulan data kepada para informan, kemudian menggunakan analisis folklor untuk mendeskripsikan bentuk dan isi, serta fungsi dan nilai guna dari folklor yang diteliti. Analisis budaya menggunakan analisis simbolik, untuk mencari makna dari simbol-simbol yang ada dalam penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu (1) Asal mula munculnya Cerita rakyat Dhugdheran berawal dari ketika Islam masuk ke tanah Jawa, keramaian rakyat tak dapat lepas dari peran Walisanga yaitu Sunan Kalijaga dalam menyadarkan Ki Ageng Pandanaran II hingga membunyikan bedhug di Semarang, . Karena itu sejak 1881 oleh Raden Mas Aryo Purboningrat, Upacara Adat Tradisional Dhugdheran pertama kali diadakan dengan dilatarbelakangi sering terjadinya perbedaan pendapat masyarakat Semarang tentang jatuhnya awal bulan Ramadan, selain untuk melestarikan nilai-nilai tradisional adat budaya yang telah ditinggalkan.(2) Cerita Rakyat Dhugdheran masuk ke dalam golongan folklor sebagian lisan. Dikatakan sebagian lisan karena dalam cerita rakyat Dhugdheran penyampaiannya dilakukan secara lisan. Sedangkan dikatakan bukan lisan karena dalam Cerita Rakyat Dhugdheran terdapat pelaksanaan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran sebagai tindak lanjut atas cerita yang terjadi. Upacara Adat Tradisional Dhugdheran dilaksanakan sebagai penentu awal jatuhnya bulan Ramadan. (3) Di dalam Cerita Rakyat dan pelaksanaan Upacara Adat Tradisional Dhugdheran terdapat beberapa perlengkapan yang digunakan sebagai perlambang untuk menggambarkan hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, serta bermakna sebagai pengungkapan rasa syukur karena diberi kesempatan oleh Allah untuk menjalankan ibadah-ibadah pada bulan Ramadan, bulan suci penuh ampunan dan berkah selain untuk melestarikan nilai-nilai tradisional adat budaya agar tidak punah oleh jaman. (4) Nilai guna dari adanya Cerita Rakyat Dhugdheran mampu memberikan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat, yaitu sebagai sistem proyeksi, alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan anak, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. (5) Pelestarian sebuah kebudayaan tradisi Dhugdheran sangat penting untuk dilakukan. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama oleh banyak pihak dari masyarakat dan pemerintah, dengan demikian juga memelihara identitas masyarakat setempat. Peranan Pemerintah yakni dengan memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur Pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Peranan masyarakat sendiri ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyelenggaran tradisi Dhugdheran ini