Abstrak


Analisis Efisiensi Usaha Penggemukan Sapi Potong Mitra Binaan Bumn Jamsostek Dan Mandiri Di D.I.Yogyakarta Dengan Metode Dea (Data Envelopment Analysis)


Oleh :
Anggit Fitriyanto - F0105035 - Fak. Ekonomi dan Bisnis

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi teknis, alokatif dan usaha penggemukan sapi potong Mitra Binaan BUMN Jamsostek dan mandiri dengan mengambil sampel di wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta. Dalam mengukur efisiensi produksi usaha penggemukan sapi potong digunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dimana bobot bakalan sapi, jumlah hijauan, jumlah konsentrat, jumlah garam dan jumlah tenaga kerja sebagai input sedangkan produksi daging sebagai output untuk menghitung efisiensi teknis. Penghitungan efisiensi alokatif meliputi bakalan sapi, jumlah hijauan, jumlah konsentrat, jumlah garam dan jumlah tenaga kerja ditambahkan biaya bakalan sapi, biaya hijauan, biaya konsentrat, biaya garam, biaya tenaga kerja untuk input sedangkan untuk output ditambahkan harga produksi daging. Data yang tersedia merupakan data primer dimana diambil 40 sampel dari 4 Kabupaten di Provinsi Yogyakarta yang tergabung dalam Mitra Binaan BUMN Jamsostek dan mandiri. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa dari 40 jumlah sampel usaha penggemukan sapi potong di Yogyakarta ada 19 responden yang belum efisien. Kemudian hasil rata-rata efisiensi teknis dan alokatif diperoleh hasil bahwa di Yogyakarta, usaha penggemukan sapi potong Mitra Binaan BUMN Jamsostek lebih efisien secara teknis dibandingkan usaha penggamukan sapi potong mandiri dengan tingkat efisiensi sebesar 97,38% untuk rata-rata efisiensi teknis usaha penggemukan sapi potong Mitra Binaan BUMN Jamsostek dan 95,00% untuk usaha penggemukan sapi potong mandiri, kemudian untuk efisiensi alokatif untuk usaha penggemukan sapi potong Mitra Binaan BUMN Jamsostek sebesar 98,66% dan untuk usaha penggemukan sapi mandiri sebesar 96,78%. Penyebab inefisiensi peternak dalam penelitian ini bersumber dari input (bobot bakalan sapi, jumlah hijauan, jumlah konsentrat, jumlah garam dan jumlah tenaga kerja) yaitu pada pengalokasian input tidak sesuai dengan kebutuhan dan output (produksi daging), yaitu dalam pencapaian output yang tidak sesuai dengan pemakain input. Saran yang diajukan bagi pengusaha penggemukan sapi potong yang belum efisien adalah mengurangi pemborosan dari sisi input, yaitu misalnya dengan cara memilih bobot, kualitas bakalan serta menggunakan jumlah pakan dan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan sapi untuk meproduksi daging. Kepada pemerintah daerah, memberi pasokan konsentrat yang berkualitas dan murah serta bakalan sapi yang berkualitas. Bagi BUMN Jamsostek bekerja sama secara kemitraan dengan peternak sapi potong diharapkan dapat lebih lagi memperluas jaringan kemitraan sehingga banyak peternak yang masih individual bisa bekerja sama dengan BUMN.