Abstrak


Kesepadanan Makna dan Gaya di Dalam Novel The Highest Tide dan Terjemahannya: Pendekatan Kritik Holistik


Oleh :
Masduki - T140306004 - Sekolah Pascasarjana

Penelitian ini mengkaji masalah utama mengenai kesepadanan makna dan gaya di dalam novel The Highest Tide (HT) dan terjemahannya. Analisis kesepadanan makna dan gaya ini difokuskan pada teks di dalam novel HT dan terjemahannya yang mengandung ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa. Penelitian ini dipaparkan secara holistik yang digali dari tiga faktor utama, yaitu faktor objektif (novel HT dan terjemahannya), faktor genetik (penerjemah novel HT), dan faktor afektif (pembaca novel HT). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kritik holistik. Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) dokumen berupa novel HT dan terjemahannya Pasang Laut (PL), (2) penerjemah novel HT, dan (3) pembaca buku terjemahan. Jenis data di dalam penelitian ini adalah: (1) kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat yang mengandung ungkapanungkapan: budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa yang terdapat pada novel HT; dan (2) kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat dari jawaban kuesioner dan hasil wawancara dengan penerjemah novel, pakar penerjemahan novel, dan para pembaca novel terjemahan. Sumber data yang dicuplik adalah sumber data afektif (para pembaca novel) dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak dan catat, kuesioner, dan wawancara mendalam, dengan teknik analisis model interaktif. Pokok-pokok temuan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, jenis-jenis makna yang ditemukan di dalam penerjemahan ungkapanungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel HT adalah makna leksikal (9,57%), situasional (4,35%), tekstual (1,74%), sosiokultural (70,43%), dan implisit (13,91%). Kedua, parameter gaya yang digunakan yaitu berupa penggunaan pilihan kata (64,35%), ekspresi idiomatik (20%), gaya bahasa (1,74%), kata/ekspresi sesuai tipe teks (8,70%), dan tanda baca (6,96%). Ketiga, penerjemahan novel HT berada dalam rentang nilai 61-75, yaitu termasuk dalam kategori terjemahan baik (74,04%). Penilaian bersifat relatif dan berdasarkan kriteria kurang lebih karena penilaian terhadap padanan makna dan gaya secara objektif sulit dicapai. Keempat, penerjemah novel HT memiliki latar belakang akademik dalam bidang linguistik penerjemahan, mengampu mata kuliah sastra dan penerjemahan, berprofesi sebagai penerjemah profesional selama lebih dari 15 tahun, dan telah menerjemahkan beragam karya terjemahan novel dan bunga rampai baik dalam bentuk buku maupun artikel. Kelima, proses penerjemahan dilakukan dengan tahapan: persiapan, menerjemahkan, dan mengedit, dengan menggunakan kompetensi profesional, teknis, dan instrumental. Keenam, strategi penerjemahan dilakukan dengan mengungkapkan konteks yang melingkupi kata atau frase yang akan diterjemahkan, membuat catatan kaki, menetralisir atau menaturalisasi kata, dan menciptakan sendiri kata atau frase yang sepadan. Ketujuh, menurut pakar penerjemahan, secara umum penerjemahan novel HT sangat baik karena teksnya mengalir lancar seperti bukan terjemahan dan cara penerjemah mengurangi atau menambahkan makna pada teks sasaran membuat hasil terjemahan lebih hidup. Kedelapan, hasil dari sampel pembaca menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan terasa enak dibaca, mengalir dengan lancar, teks di dalam novel terjemahan sangat jelas, dan kata-kata yang digunakan sesuai dalam menyampaikan informasi di dalam novel terjemahan. Berdasarkan pokok-pokok temuan dan pembahasan secara holistik, disimpulkan bahwa makna dan gaya ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel sumber The Highest Tide diterjemahkan ke dalam novel sasaran Pasang Laut dengan kualitas terjemahan baik (74,04%) dan berada sedikit di bawah kategori terjemahan sangat baik. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa penggunaan makna sosiokultural dengan gaya berupa penggunaan berbagai pilihan kata di dalam teks sasaran sering muncul di dalam penerjemahan novel HT. Persentase tersebut tidak mengindikasikan dominasi atau superioritas, namun hanya menunjukkan tingkat keseringan kemunculan penggunaan makna dan gaya di dalam terjemahan novel HT. Kualitas terjemahan yang baik tersebut didukung oleh latar belakang akademik, pengalaman profesi penerjemah, strategi yang dilakukan penerjemah, pendapat pakar penerjemahan, dan pemahaman dari sampel pembaca. Namun demikian, terdapat kegagalan penerjemahan novel HT di dalam menjembatani perbedaan karakteristik bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yaitu ketidakajegan penerjemah di dalam menerjemahkan istilah-istilah khusus. Implikasi dari temuan penelitian ini adalah bahwa penerjemah novel yang profesional dengan latar belakang akademik yang baik dan pengalaman profesi yang kuat berdampak positif terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan dan kepandaian penerjemah di dalam mentransfer budaya bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berdampak positif dan dapat dicontoh oleh penerjemah yang lain di dalam menghasilkan terjemahan yang berkualitas.