Abstrak
Perubahan pagelaran wayang kulit di Surakarta
Oleh :
Mohammad Farokh Purboyo - X4406009 - Fak. KIP
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Struktur pakeliran gaya
Surakarta, (2) Nilai-nilai filosofi pertunjukan wayang kulit purwa, (3) Bentuk
pertunjukan wayang kulit yang sesuai dengan pakem, (4) Bentuk pertunjukan
wayang kulit modern.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Sumber data yang digunakan
adalah informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen, buku-buku,
surat kabar dan majalah yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi lapangan,
kajian pustaka, dan memanfaatkan internet. Sample yang digunakan bersifat
purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif
dengan model analisis interaktif, yaitu interaksi antara pengumpulan data dengan tiga
komponen pokok, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi data
melalui proses siklus. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi. Untuk
menguji keabsahan data penulis menggunakan trianggulasi sumber (data) dan
trianggulasi metode.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat
menyimpulkan bahwa: (1) Dalam struktur pakeliran gaya Surakarta terdapat aturanaturan
baku dalam pementasan wayang yang harus diikuti. Aturan tersebut mengenai
pembagian adegan dalam pathet, pemakaian gendhing tiap adegan, sulukan, dan
dhodhogan/keprakan. Aturan tersebut telah disusun dan dibakukan dalam Serat
Tuntunan Pedalangan jilid I-IV yang disusun oleh Nojowirongko Als. Atmotjendono
yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta. (2) Di dalam pertunjukan
wayang kulit mengandung gambaran tata kehidupan nenek moyang yang patut di
ambil suri tauladan. Selain itu, juga terkandung makna proses pendidikan dari lahir
hingga mati. Hal ini dapat dilihat dalam pembagian periode pertunjukan (pathet)
bentuk semalam, yang dimulai dari pathet nem, pathet songo, dan pathet menyura.
Selain terkandung proses pendidikan dari lahir hingga mati dalam periode
pertunjukan yang ditampilkan oleh dalang, terkandung pula secara simbolis di
dalamnya mengenai ajaran, petuah, keteladanan, dan juga makna tentang hubungan
manusia dengan tuhan. (3) Bentuk pertunjukan wayang kulit yang sesuai dengan
pakem adalah pertunjukan wayang kulit yang berpegang terhadap naskah lakon
pewayangan. Dalam perkembangannya pakem lakon wayang mengalami perubahan.
Pakem lakon yang digunakan kebanyakan berasal dari Pustaka Raja Purwa dan Serat
Pedalangan Ringgit Purwa yang di dalamnya merupakan cerita sempalan/carangan
yang berasal dari kitab Mahabarata dan Ramayana. (4) Pakeliran padat merupakan
bentuk pembaharuan dalam pakeliran. Pakeliran padat dikenalkan oleh Humardani.
Meskipun berbeda dengan pakeliran bentuk semalam, pakeliran padat tidak secara
penuh melepaskan unsur tradisi dari pakeliran bentuk semalam.