Abstrak
Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Akulturasi Warga Jepang Di Surakarta
Oleh :
Kusnul Istiqomah - D0206063 - Fak. ISIP
Sekarang ini, banyak orang-orang asing yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan. Ada yang datang untuk berwisata, belajar bahkan ada yang datang untuk bekerja termasuk warga Jepang. Begitu juga di Surakarta, bermacam-macam warga asing datang dengan berbagai keperluan termasuk orang Jepang. Setiap imigran harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya sehingga mereka mampu bertahan di lingkungan baru tersebut. Seorang imigran mempelajari dan mengadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di negara tuan rumah. Dimana proses tersebut dikenal dengan sebutan akulturasi. Peneliti melihat kesebelas orang imigran asal Jepang yang memiliki kebudayaan yang berbeda mampu berakulturasi dengan masyarakat Surakarta. Hal itu terlihat dari cara hidup para imigran tersebut yang semakin mirip orang Jawa. Sebagai mahasiswa komunikasi, peneliti ingin melihat kontribusi apa yang diberikan komunikasi antarbudaya terhadap proses akulturasi tersebut.
Selain itu, pada umumnya komunikasi antarbudaya itu sulit, tetapi kesebelas imigran tersebut relatif tidak memiliki masalah dengan masyarakat sekitar. Hal itu terlihat dari tidak adanya konflik yang terjadi di antara mereka dengan masyarakat sekitar. Peneliti ingin melihat kompetensi apakah yang dimiliki oleh para imigran tersebut sehingga mampu melakukan komunikasi seperti itu.
Penelitian ini mengambil tempat di wilayah Surakarta dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan sensus yaitu mengambil seluruh populasi menjadi objek penelitian. Menurut data dari kantor Imigrasi, di wilayah Surakarta terdapat 15 orang Jepang, namun peneliti hanya mampu menemukan 11 dari jumlah keseluruhan. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan model analisis data Miles dan Huberman. Untuk memastikan validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data.
Dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya yang terjadi antara warga Jepang dengan penduduk pribumi sangat membantu kelancaran akulturasi warga Jepang di Surakarta. Komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan lingkungan fisik dan sosial seorang imigran. Melalui komunikasi antarbudaya, imigran Jepang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berhubungan dengan lingkungan serta mendapatkan keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang mempengaruhi mereka. Selayaknya orang-orang pribumi, para imigran Jepang juga memperoleh pola-pola budaya pribumi dari kegiatan komunikasi antarbudaya. Melalui komunikasi massa seorang imigran mengetahui lebih jauh lagi tentang berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya pribumi.
Proses komunikasi antarbudaya tidak bisa lepas dari faktor-faktor pendukung. Aspek-aspek yang mempengaruhi komunikasi antar budaya yang terdiri dari persepsi, proses verbal, proses non-verbal dan konteks komunikasi. Sikap seorang imigran ketika berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya yang meliputi respect, empathy, audible, clarity, humble, adaptability, acceptance, cultural awareness,dan knowledge discovery; intensitas komunikasi, dan kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki oleh tiap imigran Jepang juga ikut andil dalam memperlancar komunikasi antarbudaya. Selain komunikasi antarbudaya, potensi akulturasi yang dimiliki seorang individu juga menentukan lancarnya proses akulturasi individu tersebut.