Abstrak
Analisis Efisiensi Layout Fasilitas Produksi T-Shirt Puma pada PT.Tupai Adyamas Indonesia
Oleh :
Bagus Riyanto - F3507065 - Fak. Ekonomi dan Bisnis
Tata letak fasilitas produksi merupakan suatu cara untuk mengatur segala
fasilitas fisik dari sistem guna mendapatkan hasil yang optimal serta dapat
mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada
proses produksi T-Shirt Puma pada PT. Tupai Adyamas Indonesia. Yaitu
perusahaan yang bergerak dibidang produksi T-Shirt.
Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana
alur proses produksi pada T-Shirt Puma. Kedua adalah bagaimana
pengelompokan elemen pekerjaan pada departemen produksi, ketiga adalah
bagaimana efisiensi layout produksi T-Shirt Puma pada departemen produksi PT.
Tupai Adyaamas Indonesia.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui alur proses produksi
T-Shirt Puma pada PT. Tupai Adyamas Indonesia. Mengetahui pengelompokan
elemen pekerjaan pada departemen produksi di PT. Tupai Adyamas Indonesia.
Mengetahui tingkat efisiensi tata letak fasilitas produksi pada PT. Tupai Adyamas
Indonesia.
Dari hasil analisis diperoleh pengelompokan elemen pekerjaan adalah
pekerjaan ABCDEF terdapat pada stasiun kerja 1, GHI terdapat pada stasiun kerja
2, JKLMNO terdapat pada stasiun kerja 3.
Dari hasil analisis diperoleh tingkat efisiensi dan efektifitas layout yang ada
pada proses produksi T-Shirt Puma. Dengan menggunakan siklus kerja 22,85
menit (waktu siklus yang diijinkan), menghsilkan tingkat efisiensi sebesar 99,26%
dan tingkat efektifitas sebesar 100%. Sedangkan dengan menggunakan siklus
kerja 28 menit (siklus kerja yang diterapkan), menghasilkan tingkat efisiensi lebih
rendah yaitu sebesar 81% dan tingkat efektifitas sebesar 80,95%.
Dari hasil analisis ditemukan pula adanya waktu menganggur dan tingkat
penundaan yang muncul pada layout proses produksi T-Shirt Puma yaitu. Dengan
menggunakan siklus kerja 22,85 menit menghasilkan waktu menganggur yang
lebih kecil yaitu sebesar 0,74%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan
menggunakan siklus kerja 28 menit lebih besar dari tingkat waktu menganggur
yang besar yaitu 19%.
Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan bahwa perusahaan hendaknya
menerapkan dengan baik dan benar siklus kerja yang lebih kecil dari kebijakan
sebelumnya yakni dari 28 menit menjadi 22,85 menit.