Abstrak
Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang terhadap Hasil Penangkapan Ikan oleh Nelayan secara Tradisional di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara
Oleh :
Harrudin - A130809008 - Fak. Sastra dan Seni Rupa
Haruddin. A. 130809008. 2011 ” Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara ”. Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc. Pembimbing II : Prof Dr. Ir. MTH. Sri Budiastuti, M.Si. Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Telah melakukan penelitian mengenai dampak kerusakan ekosistem terumbu karang terhadap hasil penangkapan ikan oleh nelayan secara tradisional di pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini bertujuan untuk : (a). mengevaluasi tingkat kerusakan ekosistem terumbu karang (kualitas terumbu karang), (b). mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang , dan (c). mengkaji pengaruh kerusakan ekosistem terumbu karang terhadap hasil tangkapan ikan oleh nelayan secara tradisional di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara.
Data yang diteliti meliputi sifat fisik-kimia air laut, persentase tutupan karang, kemelimpahan ikan karang, indeks keanekaragaman dan variabel sosial ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi kerusakan terhadap ekosistem terumbu karang. Metode yang digunakan dalam pengamatan terumbu karang adalah dengan menggunakan metode garis transek dan pengamatan ikan karang dengan melakukan sensus visual. Data sosial ekonomi dapat dikumpulkan dari hasil pengamatan langsung di lapangan, hasil wawancara dan daftar pertanyaan (kuesioner).
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan desa Tongali sebagai lokasi penelitian termasuk dalam kategori rusak jelek hingga rusak sedang dengan persentase tutupan karang hidup /karang keras (hard coral) sebesar 11,63 % sampai 30,25 %. Lokasi pembanding desa Biwinapada dapat dikategorikan rusak sedang hingga baik dengan persentase tutupan karang hidup/karang keras (hard coral) sebesar 31,45 % hingga 50,81 %. Kerusakan ekosistem terumbu karang pada lokasi penelitian desa Tongali disebabkan oleh aktivitas manusia terutama penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (bom). Kegiatan lain yang dapat merusak ekosistem terumbu karang dengan menggunakan jala troll, penambang karang, serta jangkar perahu tidak terlalu dominan pada lokasi penelitian. 2. Faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kesempatan kerja lain berkorelasi positif terhadap sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang. Tingkat pendidikan yang rendah (53-68 %) dari jumlah responden mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang ,bahwa ekosistem terumbu karang tidak mempunyai manfaat, serta tidak ada hubungannya dengan biota-biota laut lainnya. 3. Kerusakan ekosistem terumbu karang sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan oleh nelayan secara tradisional yaitu adanya kecenderungan penurunan hasil tangkapan pada lima tahun terakhir yakni 4,30 ton (25,95 %) pada pada tahun 2006 menjadi 2,47 ton (14,91 %) pada tahun 2010. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner, bahwa 100 responden menyatakan hasil tangkapan ikan menurun baik pada musim ikan maupun pada musim paceklik.