Abstrak


Kajian Morfologi dan Agroekologi Tumbuhan Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness) di Berbagai Habitat


Oleh :
Intan Asih Damayanti - H0105064 - Fak. Pertanian

Pemanenan sambiloto secara langsung dari alam tanpa ada tindakan budidaya untuk menjaga kelestarian plasma nutfah sambiloto dapat menyebabkan erosi genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi dan agroekologi tumbuhan sambiloto serta untuk mengidentifikasi habitat yang paling sesuai untuk budidaya sambiloto. Penelitian dilaksanakan pada tiga ketinggian tempat (Bromo: <400 mdpl, Jumantono: 400-700 mdpl, Tawangmangu: >700 mdpl) mulai bulan Juni-September 2009. Setiap elevasi diambil dua tipe penggunaan lahan yaitu di bawah tegakan dan pekarangan. Petak sampel ditetapkan secara acak memihak (purposive Random Sampling) dengan luas petak sampel untuk pohon 20m x 20m, herba 5m x 5m, dan rumput 1m x 1m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi sambiloto di berbagai habitat tidak berbeda dengan deskripsi yang tersedia yaitu berupa herba, berbiji, berdaun tunggal, batang segi empat, akar tunggang, bunga majemuk berbentuk tandan berwarna putih bercak ungu kemerahan. Sambiloto dapat ditemukan pada ketinggian 0-864 mdpl pada kedua jenis penggunaan lahan kecuali pada dataran tinggi hanya ditemukan pada lahan pekarangan. Kemiringan lereng 0-13%, intensitas cahaya 13,64-206,7 watt m-2, suhu 31-36°C, kelembaban udara 52-62%. Sambiloto dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan kandungan C organik rendah sampai tinggi (1,04-4,44%) dan bahan organik rendah sampai tinggi (1,88-7,66%). N total sangat rendah sampai tinggi (0,1-0,52%), P tersedia rendah sampai sedang (11,38-20,66 ppm), K tertukar rendah sampai sedang (0,29-0,42 me%) dan pH agak masam sampai agak basa (5,7-7,85). INP sambiloto tertinggi terdapat pada dataran menengah di bawah tegakan (1,265) dan terendah pada dataran rendah di bawah tegakan (0,2702).