Abstrak
Waria Dan Identitas Diri Analisis wacana identitas diri waria yang direpresentasikan Dalam buku jangan lihat kelaminku! Suara hati seorang waria
Oleh :
Irindra Septy Wahyuningrum - D1208572 - Fak. ISIP
ABSTRAK
Irindra Septy Wahyuningrum, D 1208572, WARIA DAN IDENTITAS DIRI
(Analisis Wacana tentang Identitas Diri Waria yang Direpresentasikan dalam
Buku Jangan Lihat Kelaminku! Suara Hati Seorang Waria), Skripsi Jurusan
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2010.
Waria barangkali menjadi suatu fenomena yang paling menarik dari berbagai
varian seksualitas manusia. Waria dapat disebut pula sebagai kaum transgender.
Belum diterimanya identitas diri waria dalam kehidupan sosial, mengakibatkan ruang
gerak mereka berubah menjadi sempit, bidang pekerjaan yang dijalani pun sangat
terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memahami
mengenai wacana identitas diri waria yang direpresentasikan dalam buku ‘Jangan
Lihat Kelaminku! Suara Hati Seorang Waria’, baik dilihat secara subyektif maupun
obyektif.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis wacana. Analisis
Wacana (Discourse Analysis) secara sederhana diartikan sebagai suatu cara atau
metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung di dalam
pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Disamping itu,
analisis wacana juga dapat memungkinkan peneliti melacak variasi cara yang
digunakan oleh komunikator (penulis buku) dalam upaya mencapai tujuan atau
maksud-maksud tertentu melalui pesan-pesan berisi wacana-wacana tertentu yang
disampaikan. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan analisis wacana
model Van Dijk.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai wacana dalam
buku “Jangan Lihat Kelaminku! Suara Hati Seorang Waria” bahwa identitas diri
Merlyn sebagai seorang waria ditunjukkan melalui berbagai prestasi yang dicapainya
dengan harapan masyarakat dapat melihat kemampuannya dan melalui
kemampuannya tersebut Merlyn ingin diakui dan dihargai keberadaanya.
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa identitas diri sebagai seorang
waria dapat bersifat subyektif dan obyektif. Dalam menunjukkan identitas diri
subyektif sebagai seorang waria, Merlyn menyadari siapa dirinya sebagai seorang
waria. Sedangkan, identitas diri obyektif sebagai seorang waria, hidup Merlyn
sebagai perempuan telah dapat diterima di keluarga dan temannya, meskipun sempat
mendapat penolakan dari keluarga tetapi ia telah berhasil menunjukkan dengan
prestasi-prestasi yang dicapainya.
ABSTRACT
Irindra Septy Wahyuningrum, D 1208572, TRANSSEXUAL AND IDENTITY
OF SELF (Discourse Analysis about Transsexual Identity is Represented in The
Book Jangan Lihat Kelaminku! Suara Hati Seorang Waria), Thesis Department
of Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, University of
Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Waria might be one of interesting phenomena of different variants of human
sexuality, waria can be also referred as transgender, which not yet except in
Indonesian social life, consequent their space getting narrow, resulting in the space
turn into narrow, field work undertaking was very limited. The purpose of this
researches to get know and understanding about transgender identity discourse
represented in the book “Jangan lihat kelaminku! Suara Hati Seorang Waria” whether
viewed subjectively or objectively.
The method used in this research is discourse analysis, discourse analysis is
simply defined contained communication message, whether as textual or contextual,
in addition discourse analysis also allow the researches to track variation in the way
used by communicator (the author) in effort to achieve the goal and or the purposes
specified in message contained certain discourse delivered. In this research,
researcher use discourse analysis models of Van Dijk.
Based on the result of research by the author of the message in the book
“Jangan Lihat Kelaminku! Suara Hati Seorang Waria”. That self identity as a
transsexual Merlyn is shown through a variety of achievements with the expectations
of the public can see his ability and through the ability to be recognized and
appreciated Merlyn existence.
This study concludes that self identity as a transsexual can be subjective and
objective. In a show of subjective self identity as a transsexual, Merlyn realized who
he was a transsexual. Meanwhile an objective self identity as a transsexual living as
women, Merlyn has been acceptable in the family and friends, although it had
received the rejection from the family but he has managed to show the achievement
reached.