Abstrak


Evaluasi Implementasi Program Pemberdayaan Anak Jalanan Di Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Dan Transmigrasi Kota Surakarta Pada Tahun 2010


Oleh :
Sri Susanti - D0107093 - Fak. ISIP

Sri Susanti, D 0107093, Evaluasi Implementasi Program Pemberdayaan Anak Jalanan di Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Surakarta Pada Tahun 2010, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011 Kemiskinan merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya permasalahan kesejahteraan sosial. Salah satu permasalahan sosial tersebut adalah fenomena anak jalanan. Kota Surakarta adalah kota yang mempunyai indeks kemiskinan sebesar 15,09%. Kota inipun juga tidak luput dari permasalahan anak jalanan. Kesejahteraan anak (baik anak terlantar, anak jalanan, dan anak pada umumnya) merupakan tangung jawab bersama, termasuk tanggung jawab negara. Di Kota Surakarta sendiri, permasalahan anak jalanan ditangani oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam bentuk Program Pemberdayaan Anak Jalanan. Namun, pelaksanaan program tersebut tidak sepenuhnya berjalan efektif dan efisien. Oleh karena itu, penelitian evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan hasil pencapaian Program Pemberdayaan Anak Jalanan di Kota Surakarta pada Tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian evaluasi pemberdayaan anak jalanan ini menggunakan model CIPP dari Daniel L. Stufflebeam. Model ini terdiri dari empat indikator yaitu Context, Input, Process, dan Product. Dari evaluasi Context, menunjukkan bahwa terdapat ketidaksinkronisan alasan penetapan tujuan dan sasaran program dengan kenyataan di lapangan. Dari indikator Input, menunjukkan bahwa sarana dan prasarana pendukung sudah cukup memadai tetapi terdapat kekurangan pada pendanaan dan komitmen agen pelaksananya. Dari indikator Process, terdapat penyimpangan pelaksanaan kegiatan program. Sedangkan dari indikator Product, menunjukkan bahwa hasil keluaran program tidak berjalan efektif, karena 22 dari 25 peserta pelatihan kembali turun ke jalan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat penyimpangan dan ketidaksinkronisan pelaksanaan program dan hasil pencapaian program kurang efektif dan efisien karena sebagian besar peserta gagal melanjutkan hasil kegiatan program. Program pemberdayaan ini masih perlu banyak pembenahan, baik di bidang perencanaan maupun proses pelaksanaannya, guna memperbaiki dan meningkatkan kinerja program-program selanjutnya.