Abstrak


Pluralitas Agama Dalam Film


Oleh :
Yustika Era Prihatiningtyas - D0206025 - Fak. ISIP

Film bukan sekadar terdiri dari gambar dan suara. Film tersusun dari banyak elemen di mana masing-masing merepresentasikan suatu pesan dan makna. Realitas yang ditampilkan suatu film merupakan hasil konstruksi yang mungkin mengalami pengurangan dan penambahan karena adanya subyektifitas dari pelaku representasi/produser yang terlibat dalam pembuatan film tersebut sehingga tercapai efek-efek yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pluralitas agama sebagai faktor pembentuk sekat dalam kehidupan manusia yang direpresentasikan melalui simbol-simbol di dalam film cin(T)a. Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemilihan scene-scene yang terdiri dari beberapa shot yang dominan mengarah pada tujuan penelitian serta adegan-adegan lain yang dianggap relevan dengan hal yang akan diteliti. Data-data yang telah peneliti peroleh dari proses pengumpulan data kemudian dianalisis dari aspek sosial melaui tahapan denotasi, konotasi dan kemudian mitos. Dari tahapan analisis yang dilakukan maka ditarik kesimpulan mengenai bagaimana pluralitas agama sebagai faktor pembentuk sekat dalam kehidupan manusia yang direpresentasikan melalui simbol-simbol yang terkandung dalam film cin(T)a. Berdasarkan hasil analisis data yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa di dalam film cin(T)a ini terdapat simbol-simbol yang menggambakan pluralitas agama sebagai faktor pembentuk sekat. Faktor-faktor tersebut antara lain perbedaan dalam hubungan personal antara seseorang dengan Tuhannya sesuai dengan ajaran agama orang tersebut dan bagaimana ajaran masing-masing agama dalam mengatur hubungan dengan penganut agama lain serta batasan-batasan apa yang tidak diperbolehkan. Sekat-sekat yang ditimbulkan oleh pluralitas agama tersebut membuat tokoh dalam film cin(T)a tidak dapat meneruskan cita-cita mereka untuk menikah dengan pasangan yang diinginkan dan menghentikan cita-cita untuk mengembangkan diri.