Abstrak


Komunikasi Pendidikan Seksual Untuk Remaja Autisme


Oleh :
Tri Setyo Ariyanti - D0206102 - Fak. ISIP

Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif pada bidang komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Pada saat penyandang autisme menginjak usia remaja, mereka cenderung menunjukkan perilaku seksual negatif karena ketidakmampuan mereka memahami norma dan aturan sosial. Oleh karena itu pendidikan seksual perlu diberikan. Tujuannya tidak untuk menghentikan aktivitas seksual remaja autisme tetapi untuk membantu mereka mengembangkan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Penelitian ini berupaya mengkaji bagaimana komunikasi interpersonal antara guru dan murid dalam mengenalkan pendidikan seksual. Mencakup sifat komunikasi, sikap guru selaku komunikator terhadap masalah seksualitas penyandang autisme remaja, waktu terjadinya komunikasi, serta informasi apa saja yang biasanya diberikan oleh guru kepada remaja autisme. Selain itu kegiatan penelitian juga ditujukan untuk mengetahui media apa saja yang digunakan untuk mendukung kegiatan komunikasi, serta apa saja hambatannya. Kegiatan penelitian dilakukan di SLA Fredofios, Yogyakarta karena institusi pendidikan ini memasukkan materi pendidikan seksual dalam kegiatan mengajarnya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data empiris dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. Teknik purpossive sampling digunakan untuk memilih para informan yang terdiri dari 3 murid SLA Fredofios yang sudah memasuki usia pubertas, 2 guru, orangtua dari 3 murid yang dijadikan subjek penelitian, serta seorang konsultan pendidikan SLA Fredofios. Validitas data diuji melalui teknik triangulasi sumber (data) dan analisa data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru mengenai seksualitas sangat berpengaruh pada proses komunikasi. Keterbukaan guru mengenai masalah seksual menentukan jumlah informasi yang diterima remaja autisme. Media yang digunakan untuk mendukung komunikasi pendidikan seksual terdiri dari media verbal, yaitu bahasa dan media visual, seperti gambar, foto, tulisan, dan sebagainya. Hambatan selama proses komunikasi berlangsung bisa berasal dari sumber, media, dan komunikan.