Abstrak


Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) di Surakarta Tahun 1950 - 1965


Oleh :
Andika Krisna Wijaya - C0503010 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas tentang perkembangan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) di Surakarta Tahun 1950 – 1965. Permasalahan yang dikaji meliputi perkembangan Lekra Surakarta menjelang Kongres I Lekra, peran Lekra Surakarta baik dalam kegiatan yang bersifat kebudayaan ataupun yang bermuatan politik hingga kondisi Lekra Surakarta menjelang dan sesudah peristiwa September 1965. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), interpretasi dan yang terakhir adalah historiografi. Sumber digali melalui studi dokumen yaitu suratkabar sejaman seperti : Harian Rakjat, Antara, Duta Masjarakat, Dwi Warna, Kedaulatan Rakjat, Nasional, Kompas, Berita Judha yang diperoleh dari Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional dan wawancara dengan narasumber yang merupakan pelaku sejarah. Selain itu dilengkapi pula sumber-sumber yang didapat dari buku-buku referensi dan artikel-artikel yang berkaitan dengan tema yang diambil oleh penulis. Data-data yang telah terkumpul tersebut dianalisa kemudian disajikan dalam bentuk tulisan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) di Surakarta ini berperan aktif dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat kebudayaan ataupun politik. Secara organisasi maupun pribadi anggotanya, Lekra seringkali 1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah dengan NIM C.0503010. 2 Dosen Pembimbing mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak dengan dasar untuk mengembangkan seni budaya Indonesia yang revolusioner. Lekra pada perkembangannya memiliki kedekatan dengan PKI. Hal ini disebabkan karena adanya persamaan pandangan dan pemikiran dalam hal revolusi kebudayaan Indonesia. Melalui surat kabar Harian Rakjat, PKI memberikan ruang kepada seniman Lekra untuk berkarya. Lekra sendiri juga ikut membantu PKI dalam merebut simpati rakyat dalam Pemilu 1955. Ada usaha dari PKI untuk mebuat Lekra menjadi bagian dari tubuh PKI, tetapi hal ini ditolak oleh Lekra. Lekra tetap berdiri sediri dan tidak memihak kepada PKI atau organisasi lainya. Lekra Surakarta memiliki peran yang cukup banyak dalam memajukan kegiatan kebudayaan di Surakarta. Banyak kegiatan seni dan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Lekra, seperti tari, musik, drama dan drum band. Pelatihan ini ditujukan untuk masyarakat umum tidak terbatas pada anggota Lekra saja. Setelah peristiwa G 30 S Lekra Surakarta mengalami kemunduran bahkan kehancuran tanpa adanya kesempatan regenerasi di ranah kebudayaan. Hal ini disebabkan karena Lekra dianggap sebagai bagian dari PKI.