Abstrak
Peran dinas kesehatan, lsm mitra alam, dan kds solo plus dalam perawatan odha (orang dengan hiv/aids) akibat penggunaan narkoba suntik jenis putaw di Kota Surakarta
Oleh :
Arief Sigit Pramanda - D0307073 - Fak. ISIP
Kasus HIV/AIDS bagaikan gunung es; yang nampak hanyalah permukaan belaka namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada kasus yang nampak. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mematikan, karena hingga saat ini belum ditemukan obat penyembuhannya. Penyalahgunaan narkoba suntik di beberapa negara telah menjadi salah satu penggerak utama dalam penyebaran HIV. UNAIDS memperkirakan bahwa di seluruh dunia ada sekitar 10 persen infeksi HIV yang berasal dari jarum atau alat suntik yang tercemar. Penggunaan narkotika suntik ini telah meluas, dilaporkan terjadi di 100 negara. Delapan puluh negara mengaitkan insiden dan epidemik infeksi HIV dengan IDU (Injecting Drug Users). Bahkan diperkirakan terdapat sekitar 22 persen orang menderita HIV/AIDS (orang yang hidup dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA) akibat penggunaan narkotika suntik secara bergantian di seluruh dunia, karenanya IDU merupakan kelompok beresiko tertular HIV/AIDS. Terlebih lagi bagi para IDU yang sudah terserang HIV/AIDS. Menerima kenyataan bahwa kita mengidap suatu virus yang tak bisa disembuhkan bukan hal bisa dianggap biasa-biasa saja, terutama secara psikologis. Selain itu, ODHA seringkali harus menutup-nutupi status HIV jika mau aman. Ada resiko diskriminasi di lingkungan di tempat kerja, dalam mendapatkan pelayanan, bahkan di rumah dan di tempat perawatan kesehatan. Belum lagi pandangan masyarakat yang merendahkan dan penuh ketakutan yang masih kuat di sekeliling ODHA. Selain itu, ingin menjaga kesehatan fisikpun sulit. Obat-obatan tidak tersedia ataupun tidak terjangkau harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan minim dan terbatas, kesediaan dan kemampuan para tenaga kesehatan dan perawatan juga minim dan terbatas, dan jaminan kerahasiaan yang meragukan adalah beberapa contohnya.
Berangkat dari sejumlah kasus yang dialami oleh ODHA diatas, sangat jelas menunjukkan masalah sosial yang ditimbulkan lebih banyak dari pada masalah medisnya. Persoalan sosial inilah yang justru menjadi persoalan utama bagi ODHA karena persoalan sosial ini menyangkut interaksinya dengan lingkungan sosial dimana mereka harus menjalani kehidupan mereka seperti sewajarnya. Penelitian ini mengarah pada bagaimana peran Dinas Kesehatan, LSM Mitra Alam, dan KDS Solo Plus dalam perawatan ODHA IDU yang berada di Kota Surakarta, yang mengambil lokasi penelitian di Dinas Kesehatan Kota Surakarta, LSM Mitra Alam dan KDS Solo Plus. Pemilihan sampel ini menggunakan purposive sampling dimana peneliti menentukan informan dengan pertimbangan dapat memberikan informasi secara maksimal. Penelitian ini menggunakan Paradigma Definisi Sosial dan teori yang digunakan adalah teori tindakan dan teori aksi dari Webber dan Parson. Trianggulasi sumber dengan menggunakan kroscek dengan ODHA dan keluarganya.
Hasil dari penelitian ini adalah dalam perawatan ODHA, lembaga-lembaga membuat suatu jejaring kerja supaya mempermudah penanganan demi terciptanya akses layanan kesehatan yang berkesinambungan dan dukungan psikososial untuk ODHA, sehingga ODHA mampu keluar dari masalah kesehatan dan masalah sosialnya.