Abstrak


Analisis efisiensi industri mebel di kota Surakarta tahun 2009


Oleh :
Francisca Astrinda Janaswantri - F0107053 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

Penelitian ini bertujuan untk mengukur tingkat efisiensi industri mebel di Kota Surakarta. Terdapat 25 perusahaan mebel yang diteliti dalam penelitian ini, untuk melihat seberapa besar tingkat efisiensi dari masing-masing perusahaan. Penelitian menggunakan data primer dan dianalisis menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dibagi menjadi dua yaitu variabel input dan variabel output. Variabel input antara lain, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan. Variabel outputnya adalah penjualan (sales). Berdasarkan hasil empiris pengukuran tingkat efisiensi industri mebel di Kota Surakarta menggunakan metode Data Envelopment Analysis antara 25 perusahaan mebel pada tahun 2009 terlihat bahwa tingkat efisien teknis dari 25 perusahaan yang diteliti hanya beberapa perusahaan saja yang mencapai tingkat efisiensi 100%. Alfa Furniture, Andatu Jati Arjuna, Eleven Furniture, Adi Furniture, Aryasena Art Furniture, Fajar Mulia Pradipta, Sirat Adi Warno, Djawa Ethnic, dan Mebel Harry adalah perusahaan-perusahaan yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100%. Unit industri mebel yang mencapai tingkat efisiensi dibawah 100 % atau belum mencapai tingkat efisiensi adalah Mebel Sutarno UD dengan tingkat efisiensi 93,92%, Rakabu Furniture dengan tingkat efisiensi 93,92%, Sentra Cipta dengan tingkat efisiensi 93,98%, Kusen Mitro Kusdi dengan tingkat efisiensi 94,50%, CV. Ribka Furniture dengan tingkat efisiensi 95,79%, Dafani Furniture dengan tingkat efisiensi 96,30%, Indonesia Antique dengan tingkat efisiensi 96,37%, Kusen Sukintowo dengan tingkat efisiensi 97,01%, Ongko Jati UD dengan tingkat efisiensi 97,37%, Mebel CS dengan tingkat efisiensi 97,78%, Kumala Jati dengan tingkat efisiensi 97,88%, Citra Classic Furniture dengan tingkat efisiensi 98,39%, Mebel Pika dengan tingkat efisiensi 98,68% radial, A Class dengan tingkat efisiensi 98,68%, Mirah Delima Art dengan tingkat efisiensi 98,76%, dan Bayu Furniture dengan tingkat efisiensi 99,56%. Saran yang diajukan berkaitan dengan ketidakefisienan input biaya bahan baku adalah dengan meningkatkan kapasitas asosiasi yang sudah terbentuk, penguatan modal dan standarisasi harga jual mebel. Ketidakefisienan input biaya tenaga kerja dapat diperbaiki dengan pemenuhan kebutuhan SDM baik secara kuantitas maupun kualitasnya, sedangkan input biaya penyusutan diperbaiki dengan memperkecil biaya penyusutan. Untuk ketidakefisienan yang berkaitan dengan output jumlah penjualan (sales), beberapa upaya yang dapat dilakukan , yaitu : inovasi produk, optimalisasi peran pembiayaan dan perbaikan kuantitas dan kualitas produksi mebel, perbaikan kualitas SDM untuk peningkatan pendapatan operasional,