;

Abstrak


Pengaruh pemberian dexmedetomidine intravena terhadap kebutuhan obat untuk pemeliharaan anestesi dan kondisi klinis pada pasien kraniotomi


Oleh :
Muhammad Husni Thamrin - S501008046 - Sekolah Pascasarjana

Penggunaan obat pemeliharaan anestesi (Sevoflurane dan Fentanyl) pada operasi bedah saraf dengan dosis lebih dapat merugikan pada pasien Kraniotomi. Dexmedetomidine memiliki kemampuan dalam mengurangi kebutuhan obat pemeliharaan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai apakah penambahan Dexmedetomidine intravena (1µg/ Kg dosis loading dan 0.5 µg/ Kg dosis maintenance) mempengaruhi pengunaan Sevoflurane dan Fentanyl sebagai obat pemeliharaan anestesi serta kondisi klinis pasien kraniotomi. Penelitian dilakukan di dalam kamar operasi RSUD DR. Moewardi Surakarta. Desain penelitian Randomized Control Trial Double Blind, 32 pasien anak dan dewasa (ASA II dan III, usia 6-85 tahun) yang menjalani operasi Kraniotomi dilakukan randomisasi untuk masuk dalam dua kelompok yaitu Grup I (yang ditambahkan Plasebo) dan Grup II (yang ditambahkan Dexmedetomidine) dari awal premedikasi dan selama pemeliharaan. Tatalaksana neuro anestesi standar diterapkan pada penelitian ini. Sevoflurane sebelum insisi kulit, saat irisan pertama, sebelum membuka duramater dan saat menutup duramater dalam 50%/50%/O2/air bar dan Fentanyl intravena selama pemeliharaan dicatat. Parameter kondisi klinis pasien adalah Slack Brain dan cepatnya waktu pemulihan pasca anestesi (waktu ekstubasi, waktu membuka mata dan waktu mampu mengikuti perintah sederhana) dicatat. Prosedur anestesi dan efek samping selama dan pasca operasi dicatat. Data penelitian diolah dengan SPSS.18 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan Sevoflurane sebelum irisan pertama, saat irisan pertama, sebelum membuka duramater dan saat menutup duramater lebih rendah pada Grup II dibanding Grup I dan berbeda signifikan secara statistik (p= 0.051, p= 0.000, p= 0.035, p=0.000). Penggunaan Fentanyl selama pemeliharaan anestesi tidak berbeda signifikan secara statistik (p= 0.642). pada pasien yang diberikan tambahan Dexmedetomidine angka kejadian slack brain dua kali lebih besar dibanding plasebo namun tidak berbeda sinifikan secara statistik (p= 0.414). Waktu ekstubasi yang cepat lebih banyak pada grup II dibanding grup I (75% dan 56%), OR = 2.33, (p= 0.264). Waktu membuka mata yang cepat lebih banyak pada grup II dibanding grup I (75% dan 50%), OR = 3.00, p= 0.144. dan Waktu pasien dapat mengikuti perintah sederhana yang cepat lebih banyak pada grup II dibanding grup I (75% dan 43.8%), OR = 3.85, p=0.72.