;

Abstrak


Kualitas intubasi dan respons hemodinamik pada intubasi endotrakeal antara blok superior laringeus dan transtrakeal dibanding pelumpuh otot


Oleh :
Hanggia Primadita - S5001090 - Sekolah Pascasarjana

Latar Belakang: Laringoskopi intubasi endotrakeal merupakan tindakan invasif yang menstimulasi berbagai respons seperti batuk dan bergolak, spasme laring dan bronkus, dan menyebabkan peningkatan hemodinamik yang dapat membahayakan pasien. Pemakaian obat pelumpuh otot untuk memudahkan intubasi lumrah digunakan, namun tidak menekan respons hemodinamik yang terjadi. Blok superior laringeus dan transtrakeal pada pasien yang telah diinduksi diduga memiliki kualias intubasi yang setara dengan pelumpuh otot dan mampu mencegah timbulnya peningkatan hemodinamik akibat laringoskopi intubasi endotrakeal. Tujuan: Meneliti perbandingan kualitas intubasi dan respons hemodinamik yang dihasilkan oleh blok nervus superior laringeus dan transtrakeal dibandingkan dengan obat pelumpuh otot. Metode: Penelitian dilakukan pada 34 pasien yang akan dianestesi umum dan laringoskopi intubasi endotrakeal. Pasien dirandomisasi kedalam 2 grup, grup pelumpuh otot (17 pasien) diinduksi dan laringoskopi intubasi dengan obat pelumpuh otot dosis intubasi, dan grup blok (17 pasien) diinduksi dan laringoskopi intubasi dengan blok superior laringeus dan transtrakeal. Kemudian diukur kualitas intubasi dengan alat ukur rancangan Helbo-Hansen Raulo dan Trap Anderson, juga tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, denyut nadi, dan saturasi sesaat sebelum intubasi dan sesaat setelah intubasi. Hasil: Tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,310) dalam kualitas intubasi, dengan seluruh laringoskopi intubasi pada grup pelumpuh otot dapatditerima (n=17(100%)) dan hanya satu pasien (n=1(5,9%)) pada grup blok yang tidak dapat diterima. Hemodinamik sesaat setelah intubasi pada kedua grup (pelumpuh otot vsblok) berbeda secara signifikan dengan nilai p=<0,001 (148,35±26,33 vs109,53 15,98) untuk sistolik, nilai p=<0,001 (94,88±20,18 vs 68,00±15,54) untuk diastolik, nilai p=<0,001 (109,65±21,18 vs79,94±16,94) untuk MAP, nilai p=0,030 (101,71±16,34 vs87,47±20,03) untuk nadi, kecuali saturasi p=1,000 (99,35±0,79 vs 99,35±0,99) tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Kesimpulan: Kualitas intubasi antara yang difasilitasi dengan obat pelumpuh otot dan blok relatif sama, namun respons hemodinamik berupa peningkatan tekanan darah dan denyut nadi akibat tindakan laringoskopi intubasi endotrakeal lebih baik pada yang difasilitasi oleh blok daripada yang difasilitasi oleh obat pelumpuh otot Background: Endotracheal intubation laryngoscopy is an invasive measure which stimulates responses such as coughing and bucking, bronchial and laryngeal spasm and hemodynamic changes which endangers the patient. Muscle relaxants is commonly used to ease intubation, but is unable to suppress response which occurs. Superior laryngeus and transtracheal block in inducted patients is suspected to be able to suppress hemodynamic changes due to endotracheal intubation laryngoscopy, while maintaining intubation quality. Objective: This research aims to compare intubation quality and hemodynamic response from superior laryngeus and transtracheal block andmuscle relaxants. Method: This research is conducted using 34 patients receiving general anesthesia and endotracheal intubation laryngoscopy. The patients were randomized into two groups: muscle relaxant group (17 patients), where the patients were given muscle relaxants in intubation dosage, and block group (17 patients), in which thepatients received laryngeus superior and transtracheal block prior to induction and laryngoscopy. The quality of the intubation is assessed using Helbo-Hansen Raulo and Trap Andersonmeasurements, and systolic, diastolic, MAP, pulse and saturation were measured a moment before and after intubation. Results: There is no significant difference (p = 0.310) inthe intubation quality between two groups, in which all in the muscle relaxants group’s laryngoscopy intubation was acceptable (n = 17; 100%), and only one in the block group (n = 1; 5.9%) was not acceptable. The hemodynamic after intubation in both groups were significantly different (p=<0.001) for systolics (148.35±26.33 vs109.53±15.98), diastolics (94.88±20.18 vs68.00±15.54), MAP (109.65±21.18 vs79.94±16.94), and p=0.0300 for pulse (101.71±16.34 vs87.47±20.03), for the muscle relaxants and block group, respectively.Saturation (99.35±0.79 vs99.35±0.99. respectively) was not significantly different. Conclusion: The intubation quality between both groups was equally acceptable, but the hemodynamic response due to intubation (increased blood pressure and heart rate) was more managed by block compared to muscle relaxant administration.