;

Abstrak


Analisis Efisiensi Dan Strategi Pemasaran Komoditi Buah Lokal Di Kabupaten Bogor


Oleh :
Wahyu Trisnasari - S641008003 - Sekolah Pascasarjana

Kondisi perbuahan lokal semakin termarjinalkan dengan maraknya peredaran buah impor. Jika kondisi ini dibiarkan tanpa disertai terobosan baru dari pihak stakeholders, maka akan berimplikasi langsung pada petani buah. Kabupaten Bogor sebagai sentra produksi tanaman manggis, jambu biji dan belimbing memiliki letak wilayah yang strategis sehingga berpeluang untuk lebih mempromosikan buah-buahan lokal melalui sistem pemasaran yang lebih efisien. Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur, perilaku, dan kinerja pasar komoditi buah lokal; mengetahui tingkat efisiensi sistem pemasaran buah lokal; dan memberikan alternatif strategi untuk meningkatkan efisiensi pemasaran buah lokal di Kabupaten Bogor. Efisiensi pemasaran diketahui dengan menganalisis struktur, perilaku, marjin, integrasi pasar, dan elastisitas transmisi harga. Pemilihan alternatif strategi pemasaran buah lokal menggunakan Analisis Hirarki Proses. Jenis penelitian yaitu penelitian analisis deskriptif. Responden penelitian adalah petani manggis, jambu biji dan belimbing berjumlah 90 orang yang dipilih secara quota sampling dan lembaga perantara dipilih secara snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan secara umum struktur pasar buah lokal tingkat petani dan pedagang pengumpul umumnya mengarah oligopsoni, sedangkan struktur pasar tingkat pedagang besar, pemasok dan eksportir umumnya mengarah oligopoli. Struktur pasar tingkat pengecer dan swalayan umumnya mendekati pasar persaingan sempurna. Perilaku pada lembaga pemasaran yang jumlahnya sedikit dan melakukan banyak fungsi cenderung bersifat oligopoli dan lebih berperan menentukan harga. Perilaku petani masih terbentur pada aspek modal, umumnya petani mendapatkan modal dari pengumpul yang didukung pedagang besar. Marjin pemasaran menyebar tidak merata. Marjin manggis 33,33% - 81,58%, farmer’s share 18,42% - 66,67%. Marjin jambu biji 64,29% - 75%, farmer’s share 25% - 35,71%. Marjin belimbing 37,5% - 60%, farmer’s share 40% - 62,5%. Saluran dengan nilai marjin besar dan farmer’s share kecil disebabkan karena tujuan pasar ekspor, pabrik pengolahan dan swalayan sehingga memerlukan biaya pemasaran tinggi. Hasil analisis integrasi pasar menunjukkan bahwa variabel harga buah bulan lalu di pasar lokal (Pft-1) tidak berpengaruh signifikan terhadap pembentukan harga buah bulan ini di pasar lokal, pembentukan harga buah di pasar lokal lebih dipengaruhi oleh variabel selisih harga buah bulan ini dengan harga buah bulan lalu di pasar acuan (Prt – Prt-1), serta harga buah bulan lalu di pasar acuan (Prt-1). Nilai IMC ketiganya menunjukkan harga buah di pasar lokal terintegrasi dengan pasar acuan walaupun tidak secara sempurna. Elastisitas transmisi harga ketiga buah lokal < 1 artinya perubahan harga di tingkat petani lebih kecil dari perubahan harga di tingkat konsumen. Hasil AHP didapatkan alternatif strategi dengan urutan (1) perbaikan kelembagaan dan sarana pendukung sektor pertanian, (2) perbaikan kebijakan pemerintah yang mendukung pelaku agribisnis, (3) perbaikan teknologi produksi tepat guna, dan (4) perbaikan promosi buah lokal oleh semua pihak terkait.