Abstrak


Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Berperspektif Gender (P2mbg) Di Surakarta (Studikasusdeskriptifkualitatif Di Kelurahansumber,Kecamatanbanjarsari, Kota Surakarta )


Oleh :
Lanjar Sari - D0108078 - Fak. ISIP

Kemiskinansangatberpengaruhpadarumahtanggadankesejahteraankeluargasecarakeseluruhan. Angka kemiskinan yang terjadi di Kota Surakarta mencapai 125.732 jiwaatau 23,6% darijumlahpenduduksebesar 532.439 jiwa. Salah satu upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam mengentaskan kemiskinan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Berperspektif Gender (P2MBG).Program P2MBG tahun 2010/2011 dilaksanakan di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta sehingga penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber. Penelitianinimerupakanpenelitiandeskriptifkualitatif yang dilaksanakan di KelurahanSumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta denganharapandapatmendeskripsikanbagaimanapemberdayaan perempuan melalui P2MBG.AdapunSumber data yang digunakan adalah narasumber/informan, peristiwa/aktivitas dan dokumen/arsipMetodepenarikansampel yang digunakanbersifatpurposive samplingdan snowball sampling.Teknikpengumpulan data yaitudengancarawawancara, observasi, dandokumentasi. Validitas data dilakukandengantrianggulasi sumberTeknikanalisis data menggunakan model analisisinteraktif yang terdiridariempatkomponenyaitupengumpulan data, reduksi data, sajian data, dankesimpulan. HasilpenelitianinimenunjukkanbahwaPemberdayaan masyarakat melalui program P2MBG melalui beberapa tahapan, antara lain : seleksi lokasi, , sosialisasi, proses pemberdayaan, dan tahap terakhir adalah pemandirian masyarakat. Seleksi lokasi atas dasar kesepakatan masyarakat mitra, yaitu masyarakat yang memiliki usaha kecil, Ibu rumah tangga yang tidak bekerja, dan janda. Maka dari itu, lokasi P2MBG di RWI RWII RWIII RWV dan RWVI. Proses sosialisasi P2MBG berjalan baik, dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang mengikuti pelatihan. Proses pemberdayaan dengan penyuluhan dan pelatihan tetapi pelaksanaanya sangat singkat sehingga masyarakat tidak bisa memahami materi yang disampaikan. Tahap terakhir pemandirian, masyarakat yang telah mengikuti pelatihan diberi bantuan peralatan tetapi ada masyarakat yang belum bisa menggunakan bantuan tersebut untuk membuka usaha ekonomi.