Abstrak


Pengembangan Zat Warna Alami Dari Biji Kesumba (Bixa Orellana Linn) Untuk Pewarnaan Batik


Oleh :
Miftahul Jannah - I8309027 - Fak. Teknik

Kesumba (Bixa orellana Linn) merupakan salah satu tanaman tropis yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada batik karena bijinya mengandung pigmen alam yang tidak dapat ditemukan pada tanaman lainnya. Batik dengan zat warna alam merupakan komoditas khas Indonesia yang berdaya jual tinggi dan lebih ramah lingkungan daripada batik dengan pewarna sintetis, tetapi sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan pewarna sintetis karena lebih praktis. Biasanya masyarakat menggunakan pewarna dari biji kesumba dalam bentuk ekstrak cair sehingga tidak praktis dan tidak tahan lama. Karena itu perlu dilakukan inovasi pembuatan zat warna dari biji kesumba dalam bentuk serbuk. Selaput biji kesumba mengandung cis-bixin sebanyak 80% dan 20% sisanya terdiri dari trans-norbixin, cis-norbixin, komponen volatil, beberapa apokarotenoid lainnya dan komponen yang tidak diketahui. Bixin dan norbixin merupakan pigmen golongan karotenoid yang dapat memberikan warna dari kuning hingga merah. Norbixin larut dalam air sedangkan bixin tidak larut dalam air sehingga bixin perlu diubah menjadi norbixin dengan pelarut NaOH 0,25% pada waktu ekstraksi. Pengambilan zat warna alami dari biji kesumba dilakukan dengan ekstraksi secara batch menggunakan pelarut NaOH 0,25%. Sebelumnya dilakukan percobaan pendahuluan untuk menentukan volume pelarut dan waktu ekstraksi. Berdasarkan percobaan tersebut, 50 gram biji kesumba kering diekstraksi dalam 500 ml larutan NaOH 0,25% selama 2 jam pada suhu 60°C sambil dilakukan pengadukan. Larutan ekstrak dievaporasi hingga volume tersisa 30%, kemudian dikeringkan dengan spray dryer sehingga dihasilkan serbuk zat warna. Dari 1 kg biji kesumba kering dihasilkan serbuk zat warna sebanyak 196,75 gram. Serbuk zat warna dilarutkan dalam aquadest kemudian digunakan untuk mencelup kain yang sudah dimordan dan diberi motif dengan lilin batik. Setelah itu kain difiksasi dengan variasi larutan fixer kapur, tawas, dan tunjung (FeSO4). Lilin yang menempel pada kain dihilangkan dengan cara direbus, kemudian kain dikeringkan. Kain batik dengan kondisi fiksasi yang berbeda-beda diuji ketahanan lunturnya dengan crockmeter dan launderometer. Hasil uji dianalisa dengan staining scale dan grey scale. Setelah dianalisa, dapat diketahui bahwa kain batik yang difiksasi dengan larutan tawas memiliki ketahanan luntur yang paling baik di antara kain dengan larutan fixer lainnya. Berdasarkan staining scale, kualitas ketahanan luntur kain tersebut terhadap gosokan kering cukup dan kualitas ketahanan luntur terhadap gosokan basah kurang. Kualitas ketahanan lunturnya terhadap cucian berdasarkan staining scale cukup baik dan berdasarkan grey scale baik.