Abstrak


Dinamika Emisi N2O Pada Lahan Padi Sawah Dengan Variasi Pemupukan Dan Sistem Pengelolaan Air di Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban Sukoharjo


Oleh :
Maria Niken Puri Andari - H0708124 - Fak. Pertanian

Dinitrogen oksida (N2O) merupakan salah satu gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global sebesar 310 kali CO2.. Emisi N2O dari tanah dapat terjadi dari kegiatan pengelolaan tanah. Perbedaan pengelolaan tanah lahan padi sawah akan mengubah proses-proses fisika, kimia, dan biologi di dalam tanah, sehingga akan menghasilkan emisi N2O yang berbeda pula. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai pengelolaan tanah sawah yang meliputi sistem pengelolaan air dan pengelolaan penggunaan pupuk anorganik yang berdampak terhadap dinamika emisi N2O tanah. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh variasi pemupukan dan sistem pengelolaan air pada budidaya padi (Oryza sativa) di tanah sawah terhadap dinamika emisi N2O dan mengetahui kombinasi pemupukan dan sistem pengelolaan air efisien yang menghasilkan emisi N2O rendah dengan produksi tinggi pada budidaya padi. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 sampai Juli 2012, pada lahan sawah di Dukuh Nandan, Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah, dengan faktor perlakuan sistem pengairan sebagai main plot yang terdiri dari dua taraf, yaitu I1 (sistem pengairan metode SRI-System of Rice Intensification) dan I2 (sistem pengairan metode konvensional) dan faktor perlakuan pemupukan sebagai sub plot yang terdiri dari tiga taraf, yaitu P1 (pemupukan dosis petani setempat), P2 (pemupukan rekomendasi Peraturan Kementerian Pertanian) dan P3 (pemupukan berdasarkan hasil uji tanah). Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis ragam taraf kepercayaan 95% dilanjutkan dengan analisis pembandingan Uji Jarak Berganda Duncan taraf kepercayaan 95%, dan uji korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dan sistem pengelolaan air secara mandiri berpengaruh nyata terhadap dinamika emisi gas N2O dalam satu periode tanam padi. Pemupukan dosis petani (768 kg/ha ZA, 538 kg/ha SP 36, dan 384 kg/ha KCl) menghasilkan rata-rata total emisi gas N2O 43,9% lebih tinggi (351,94 mg N2O/m2) dibandingkan perlakuan pemupukan hasil uji tanah (2000 kg/ha pupuk kandang sapi, 176 kg/ha Urea, 212 kg/ha SP 36, 142 kg/ha KCl) yang menghasilkan rata-rata total emisi gas N2O sebesar 244,57 mg N2O/m2 dalam satu periode tanam padi. Sistem pengelolaan air metode konvensional menghasilkan rata-rata total emisi gas N2O 83,56% lebih rendah (-71,28 mg N2O/m2) dibandingkan dengan sistem pengelolaan air metode SRI (pengairan berselang) dengan rata-rata total emisi 362,27 mg N2O/m2. Perlakuan sistem pengairan SRI menghasilkan rata-rata produksi padi 19,3% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produksi padi pada perlakuan sistem pengairan konvensional. Sistem pengairan metode SRI tetap dapat diterapkan sebagai sistem pengelolaan air yang efisien dengan resiko lingkungan yang rendah (emisi gas nitro-oksida rendah), dengan mengubah pola pengaturan air dari pengairan secara berselang menjadi pengairan secara macak-macak.