;

Abstrak


Komunikasi Kesehatan dan Perilaku Akseptor KB Mantab


Oleh :
Dyah Retno Pratiwi - S220809004 - Sekolah Pascasarjana

Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya pemahan yang sangat minim dari masyarakat tentang pentingnya sebuah keluarga yang sejahtera dan berkualitas. Dari ketidaktahuan masyarakat tersebut, maka timbul rasa keengganan untuk mengikuti Program Keluarga Berencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada era Orde Baru, Program Keluarga Berencana mencapai pada tingkat keberhasilannya, namun pada saat sekarang ini kesadaran masyarakat untuk mau mengikuti program KB sangatlah rendah. Dengan keadaan semacam ini maka pemerintah melalui PLKB, secara gencar mensosialisasikan Program Keluarga Berencana kepada setiap masyarakat disetiap daerah. Tujuan umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam memberikan informasi tentang pentingnya KB dan kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat dalam program KB, khususnya MOP yang ada di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth interview), dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para akseptor mantap yang memilih metode kontrasepsi MOP (Metode Operasi Pria) yang ada di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari sepanjang tahun 2011 sejumlah, sebanyak tiga orang. Penelitian deskriptif kualitatif menurut Suripan Sadi Hutomo memiliki arti bahwa seorang peneliti harus mencatat segala macam fenomena yang dilihat, didengar, dan dibaca setelah itu peneliti harus mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi kesehatan dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor KB mantab MOP di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari adalah sudah tepat dengan menggunakan komunikasi persuasif. Dengan komunikasi persuasif, responden tidak merasa dipaksa namun hanya diberikan pengarahan atau informasi mengenai keuntungan dan kerugian dari hal yang menjadi pilihan mereka. Sehingga dengan komunikasi persuasif keuntungan yang diperoleh adalah petugas tidak memaksa, sehingga kemungkinan timbulnya perselisihan karena perbedaan pendapat dapat diminimalisir, dan pada akhirnya hubungan baik antara petugas PLKB dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik.