Abstrak


Analisis Sebaran Tingkat Kecukupan Biogas sebagai Energi Alternatif Bahan Bakar di Kecamatan Ampel Tahun 2012


Oleh :
Ary Wijayanti - K5408059 - Fak. KIP

Tujuan Penelitian ini adalah : 1). Untuk mengetahui persebaran pengguna biogas di Kecamatan Ampel tahun 2012. (2) Untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi pengguna biogas di Kecamatan Ampel 2012. (3) Untuk mengetahui tingkat kecukupan biogas sebagai energi alternatif bahan bakar di Kecamatan Ampel tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pengguna biogas. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi berupa data pengguna biogas, observasi yang berupa lokasi absolut pengguna biogas, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis sinergisme keruangan. Hasil penelitian ini adalah : 1) Persebaran biogas di Kecamatan Ampel mayoritas di Desa Banyuanyar yaitu 22 biogas (37,93%) dari total biogas yang ada di Kecamatan Ampel, Desa Kembang terdapat 17 biogas (29,31%) , Desa Urut Sewu sebanyak 4 biogas (6,90%) , Desa Sidomulyo dan Ngargosari masingmasing 3 biogas (5,17%) . Beberapa desa dengan jumlah biogas 2 (3,45%) terdapat di Desa Sampetan, Candi,dan Ngampon, sedangkan Desa Seboto, Ngenden, dan Candisari terdapat 1 biogas (1,72%). (2) Karakteristik pengguna biogas berdasarkan umur 68,97 % berusia 51–65 tahun, 27,59 % berumur 35-50 tahun, dan 3,45% berumur 66-80 tahun. Pendidikan pengguna biogas yang tamat SD 34,48% (20 orang), 20,69% (12 orang) menamatkan SLTP, 31,03% (18 orang) tamat SLTA, dan 13,79% (8 orang) tamat Perguruan Tinggi (PT). Pendapatan tertinggi pengguna biogas Rp. 12.000.000 dan pendapatan terendah Rp. 500.000. Ketersediaan informasi pengguna biogas diperoleh dari LPTP dan Yayasan Trukajaya. Jumlah Kepemilikan ternak terbanyak 20 ekor sapi dan paling sedikit adalah 2 ekor sapi. Jumlah anggota keluarga pengguna biogas terbanyak adalah 9 dan paling sedikit adalah 2. (3) Distribusi tingkat kecukupan per desa di Kecamatan Ampel, , 9 desa atau 45 % termasuk dalam kelas defisit, 2 desa(10%) termasuk dalam kelas surplus, dan 9 desa (45 %) termasuk kelas tidak ada digester.