Abstrak


Tingkat Kekritisan Dan Arahan Rehabilitasi Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Kabupaten Karanganyar Dan Wonogiri


Oleh :
Siti Khoimah - K5408050 - Fak. KIP

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Mengetahui tingkat kekritisan lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Tahun 2012. (2) Mengetahui arahan rehabilitasi lahan di Daerah Aliran Sungai Walikan Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mencari hubungan secara keruangan antara variabel yang telah ditetapkan dengan satuan lahan sebagai satuan analisis. Populasi penelitian adalah seluruh unit satuan lahan di Daerah Aliran Sungai Walikan yaitu sebanyak 49 satuan lahan. Sampel tanah diambil dengan cara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan adalah dengan skoring dan pembobotan dengan output berupa Peta Tingkat Kekritisan Lahan dan untuk mengetahui arahan rehabilitasi lahan dilakukan dengan menggunakan pedoman Departemen Kehutanan (2009) dengan modifikasi, dengan output berupa Peta Arahan Rehabilitasi Lahan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Tingkat kekritisan lahan terdiri dari : (a) sangat kritis, pada kawasan fungsi lindung seluas 69,50 Ha (3,76 %) dan budidaya seluas 156,107 Ha (4,16 %) sehingga luas total 225,616 Ha (4 %); (b) kritis, pada kawasan fungsi lindung seluas 67,93 Ha (3,68 %) dan budidaya 933,47 Ha (24,86 %) sehingga luas total 1.001,394 Ha (18 %); (c) agak kitis, pada kawasan fungsi lindung seluas 1.104,41 Ha (59,86 %) dan budidaya 1.989,08 Ha (52,98 %) sehingga luas total 3.093,494 Ha (55 %); (d) potensial kritis, pada fungsi lindung seluas 603,13 Ha (32,7 %) dan budidaya 676 Ha (18 %) sehingga luas total 1.279,13 Ha (23 %) dari total luas lahan lokasi penelitian 2) Terdapat 19 kelompok arahan rehabilitasi yang disarankan berdasarkan tingkat kekritisan lahannya, tingkat bahaya erosi (TBE), kelas kemiringan lereng, fungsi kawasan dan penggunaan lahan dengan arahan rehabilitasi secara vegetatif dengan penanaman tanaman sebagai pencegah dan mengendalikan erosi, pemberian mulsa sebagai pelindung tanah, sumber hara dan penambah bahan organik, penghutanan kembali, silvopasture dan sistem agroforestry. Secara teknik diarahkan untuk mengendalikan dan memperkecil laju aliran permukaan dengan pembuatan teras, saluran pembuangan air (SPA), bangunan terjunan, rorak, dan barisan sisa tanaman.