Abstrak


Implementasi Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Play) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Mengelola Pertemuan/Rapat Kelas X Administrasi Perkantoran 2 Di SMK Negeri 1 Banyudono Tahun Pelajaran 2011/2012


Oleh :
Tika Maharani - K7408277 - Fak. KIP

ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan model pembelajaran bermain peran (role play) dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran mengelola pertemuan atau rapat siswa kelas X Administrasi Perkantoran 2 Banyudono tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Obyek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 2 SMK N 1 Banyudono yang berjumlah 36 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara guru kelas, peneliti, dan melibatkan siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara, angket motivasi, tes, dan dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap : (1)persiapan, (2) penyusunan rencana tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) observasi atau pengamatan, dan (5) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interprestasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, siklus pertama selama 5 x 45 menit dan siklus kedua 5 x 45 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran mengelola pertemuan atau rapat melalui penerapan model pembelajaran bermain peran (role play). Hal tersebut terlihat dari peningkatan persentase motivasi dan prestasi belajar sebagai berikut: Motivasi belajar siswa pada sebelum tindakan adalah sebesar 61%, setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 79%, dan pada siklus II menjadi 87%. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yaitu sebesar 89% atau 32 siswa pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 100% atau 36 siswa. Selain pencapaian hasil belajar, adapun indikator pendukung saat proses pembelajaran antara lain: (1) keaktifan siswa saat apersepsi menunjukkan peningkatan dari 69,45% atau 25 siswa pada siklus I menjadi 80,55% atau 29 siswa pada siklus II, (2) Keaktifan siswa saat pelaksanaan simulasi rapat meningkat dari 83,34% atau 30 siswa pada siklus I menjadi 89% atau 32 siswa pada siklus II, (3) keaktifan siswa saat bertanya dan menjawab pertanyaan meningkat dari 66,66% atau 24 siswa pada siklus I menjadi 83,34% atau 30 siswa pada siklus II, (4) kemandirian siswa saat evaluasi mengalami peningkatan dari 83,34% atau 32 siswa pada siklus I menjadi 89% atau 32 siswa pada siklus II. Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) guru sudah mengelola kelas dengan model pembelajaran bermain peran (role play), (2) guru lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran mengelola pertemuan/rapat dengan penggunaan model pembelajaran aktif, kreatif dan inovatif, (3) guru menyadari perlunya melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, agar kelemahan- kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik dan tidak terulang pada pembelajaran selanjutnya, (4) Guru tidak lagi menggunakan LKS sebagai satu-satunya sumber belajar siswa, tetapi menambahkan modul serta materi-materi lainnya yang mendukung pembelajaran mengelola pertemuan/rapat.