Abstrak
Etnis Tionghoa, Tahu dan Kota (Terbangunnya Identitas Kota Kediri)
Oleh :
Wida Ayu Puspitosari - D0308009 - Fak. ISIP
Dalam penelitian ini, penulis hendak mentautkan etnis Tionghoa, Tahu
dan Kota sebagai suatu perjalanan identitas kota yang mengandung sejarah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untu mendapatkan (1) sebuah gambaran
meneganai proses srukturasi melalui transformasi tradisi makan tahu keluarga
Tionghoa menjadi komoditas, (2) deskripsi kontribusi etnis Tionghoa dalam
mebentuk identitas kota dan (3) gambaran akan relevansi teori yang digunakan
dalam peneltian ini.
Penelitian in menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu; (1) informan atau
narasumber, yaitu etnis Tionghoa yang mendirikan perusahaan Tahu, pekerja dan
tokoh masyrakat, (2) berbagai dokumen terkait. Teknik pengumpulan data primer
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara (interviewing) dan
observasi secara langsung. Sedangkan untuk data sekunder menggunakan teknik
kepustakaan dan literatur terkait. Teknik analisis data yang digunakan dalam
dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif yang meliputi empat
komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display)
dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya. Adapun teknik pengembangan pen
validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data
(trianggulasi sumber), trianggulasi metode dan review informan.
Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Tradisi makan Tahu
keluraga Tionghoa di Kediri merupakan kebudayaan yang mampu
ditransformasikan menjadi komoditas dengan dukungan dari keterlibatan
masyarakat yang dirangkum dalam interaksi intens dalam kajian ruang dan waktu.
Karena ruang dan waktu akan memungkinkan seorang agen (Bah Kacung, etnis
Tionghoa yang mengakomodir tradisi kuliner Tahu) memberikan pengaruh bagi
tatanan sosial yang ada disekitar lingkungan mereka. Kajian ruang dan waktu
merupakan pengaruh daripada upaya pelanggengan diri yang dibingkai dalam
karakteristik yang khas sehingga praktek-praktek sosial secara sadar diterima oleh
lingkungan di sekitar Bah Kacug dan (2) tradisi makan Tahu yang telah
ditransformasikan agen (etnis Tionghoa) sebagai komoditas menjadi bagian dari
perjalanan peradaban kota Kediri yang tidak bisa dipisahkan. Ini merupakan
politik identitas yang diproyeksikan oleh etnis Tionghoa sebagai
pengaktualisasian sumber daya yang dimilikinya. Sehingga, alokasi sumber daya
yang dimiliki mampu membangun suatu tatanan ruang sosial yang khas, tak
terkecuali dengan ruang kota Kediri yang dikenal sebagai kota Tahu.