Abstrak


Busana Paku Buwono XIII Pada Upacara Tingalan Jumenengandalem Periode 2005-2011 (Sebuah Kajian Makna Simbolis Busana Raja)


Oleh :
Taufiqurrahman Hidayat - C0905025 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

Pasca wafatnya Paku Buwono XII (2004) tahta kerajaan diwarisi oleh putra tertuanya KGPH. Hangabei, ia dinobatkan sebagai Paku Buwono XIII pada Jumat Kliwon 10 September 2004. Dalam proses realisasi eksistensinya sebagai penerus tahta kerajaan, Paku Buwono XIII memiliki sikap tertentu yang nampak pada atribut kebesarannya yang digunakan setiap upacara terpentingnya, yaitu upacara Tingalan Jumênêngandalêm. Penelitian ini diarahkan pada makna simbolis busana yang digunakan Paku Buwono XIII pada upacara tersebut selama 7 periode (2005-2011). Teori pedekatan yang digunakan adalah hermeneutik, dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Teori hermeneutik digunakan untuk membedah makna simbolis busana Paku Buwono XIII pada upacara Tingalan Jumênêngandalêm 2005-2011. Untuk kegiatan analisis diperlukan data yang bersangkutan dengan lingkup busana tradisi keraton Surakarta, sejarah, dan latar belakang kebudayaannya. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa Busana Paku Buwono XIII pada upacara Tingalan Jumênêngandalêm tahun 2005-2011 merupakan bentuk simbolis yang mengungkapkan kemuliaan dan pemuliaan seorang raja.Dalam penelitian ini juga ditemukan penggunaan atribut yang selalu berbeda setiap tahunnya, sehingga nampak adanya pergerakan makna simbolis dari tahun-ketahun. Pergerakan makna simbolis tersebut menunjukkan adanya esensi busana Paku Buwono XIII dari tahun 2005-2011 yang sarat dengan eksistensinya sebagai raja keraton Surakarta