Abstrak
Konstruksi sosial atas buruh tani perempuan di Masyarakat desa (Studi Kasus pada masyarakat Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur)
Oleh :
Patricia Suryani - D0308080 - Fak. ISIP
Salah satu wilayah di Kabupaten Ngawi yang nampak aktifitas buruh tani
(khususnya perempuan) adalah di kawasan Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi.
Di desa ini, sektor industri khususnya bidang pertanian cukup diandalkan. Fokus
kajian pada penelitian ini adalah mencoba menggambarkan serta mengurai
bagaimana konstruksi sosial atas buruh tani perempuan pada masyarakat Desa
Karangasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Untuk menggambarkan serta
mengurai konstruksi sosial, digunakan teori konstruksi sosial atas realitas yang
dikemukakan oleh Peter L. Berger.
Penelitian ini merupakan studi kasus yang membahas konstruksi sosial
atas buruh tani perempuan pada masyarakat Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi,
Kabupaten Ngawi. Data bersumber dari informasi yang diperoleh langsung dari
informan, studi pustaka, dokumen tertulis dan arsip. Teknik pengumpulan data
digunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pemilihan informan dipilih
secara purposive, dalam hal ini informan dipilih berdasarkan klasifikasi tingkat
pendidikan yang pernah ditamatkan seseorang, sehingga informan berjumlah 8
(delapan) orang. Data dianalisis dengan analisis spradley melalui analisis
komponensial yang terlebih dahulu mencari/ memilih domain dalam membuat
analisis. Validitas data digunakan teknik triangulasi sumber.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa buruh tani perempuan merupakan
perempuan-perempuan sebagai tanaga kerja yang dikarenakan beberapa hal
menyebabkan mereka bekerja sebagai buruh tani, dengan kata lain, buruh tani
perempuan ialah pencari nafkah kedua dalam keluarga. Mereka bekerja bukan atas
dasar kewajiban mencari nafkah utama dalam keluarga dan biasanya mereka
bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi subsisten. Masyarakat
memandang mereka merupakan perempuan-perempuan yang tangguh dan pekerja
keras. Hidup dilingkungan pedesaan yang masih cukup memegang budaya
patriarki, perempuan-perempuan buruh tani tersebut berhasil mematahkan
anggapan bahwa perempuan hanyalah sebagai “konco wingking”. Hal ini dapat
dilihat pada fungsi kerja domestik dan fungsi kerja publik mereka. Konstruksi
sosial tersebut terbangun atas realitas yang dialami di masyarakat. Konstruksi
sosial atas buruh tani perempuan, didasari atas beberapa faktor pembentuk,
diantaranya faktor ekonomi (penghasilan, pengeluaran, kemampuan menabung),
sosial budaya (interaksi, budaya yang berkembang), pendidikan (pendidikan yang
ditempuh buruh tani perempuan tersebut serta pendidikan anak-anaknya).
Kata kunci : konstruksi sosial, buruh tani, buruh perempuan