ABSTRAK Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh adanya fluktuasi uang primer dan suku bunga SBI sebagai sasaran operasional kebijakan moneter terhadap indikator makroekonomi, yakni inflasi, nilai tukar dan PDB, (2) Di antara uang primer dan suku bunga SBI, sasaran operasional kebijakan moneter mana yang memberikan kontribusi paling besar terhadap inflasi, nilai tukar dan PDB, (3) Apakah terdapat hubungan kausalitas antara suku bunga SBI dengan inflasi. Hipotesis yang diajukan, antara lain (1) Baik secara individu maupun bersama-sama, uang primer dan suku bunga SBI mempunyai pengaruh signifikan terhadap inflasi, nilai tukar dan PDB. (2) Pengaruh uang primer lebih kuat terhadap inflasi, nilai tukar dan PDB, dibandingkan pengaruh suku bunga SBI. (3) Terdapat hubungan kausalitas antara suku bunga SBI dengan inflasi. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder, di mana data yang digunakan adalah data deret waktu (time series) dari tahun 1989 kuartal 1 hingga tahun 2006 kuartal 4. Variabel yang digunakan adalah uang primer, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi, nilai tukar, dan Produk Domestik Bruto, dengan menggunakan metode Vector Autoregression (VAR) yang terdiri dari tiga alat estimasi, yaitu (1) kausalitas (causality), (2) dekomposisi varian (variance decomposition), (3) respon terhadap adanya inovasi (impulse response function). Hasil estimasi menurut kausalitas menunjukkan hubungan kausalitas antara uang primer dengan SBI, uang primer dengan PDB, kurs dengan SBI dan kurs dengan inflasi. Dalam periode ini, tidak ditunjukkan adanya hubungan kausalitas antara SBI dan inflasi. Hasil estimasi variance decomposition menunjukkan bahwa uang primer mampu memberikan kontribusi lebih besar pada inflasi, nilai tukar dan PDB dibandingkan SBI, yaitu masing-masing sebesar 9,17 %, 14,30 ?n 29,53 % pada kuartal terakhir. Impulse response function menunjukkan bahwa inflasi, nilai tukar dan PDB merespon positif adanya kejutan satu standar deviasi terhadap adanya shock dari uang primer lebih tinggi dibandingkan shock dari SBI. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang sebaiknya dijalankan adalah otoritas moneter melaksanakan kebijakan moneter kontraktif melalui instrumen kebijakan moneter Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan cara menjual surat berharga dalam rupiah, yaitu suku bunga SBI dan intervensi rupiah (IR), adanya persamaan persepsi antara pemerintah dan Bank Indonesia untuk meminimalkan tekanan inflasi IHK sebagai sasaran dari kerangka Inflation Targeting Framework (ITF) yang disebabkan terutama oleh kenaikan administrated prices dan volatile foods serta adanya studi empiris yang komprehensif sebagai bahan pertimbangan..