;

Abstrak


Penerapan Model Problem Based Learning ( Pbl ) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar ( Studi Pada Siswa Kelas X1.Ips Sma Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 )


Oleh :
Erlina Supriyati Martiningrum - S86110800 - Sekolah Pascasarjana

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimanakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar Sejarah pada siswa kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto pada semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek penelitian adalah siswa kelas XI.IPS.2 SMA Negeri 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari siswa, wakil kepala sekolah, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan, dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang terdiri dari orientasi siswa pada masalah (appersepsi), mengorganisasi siswa untuk belajar (elaborasi), membimbing diskusi kelompok (eksplorasi), mengembangkan dan menyajikan hasil karya (eksplorasi), dan kemudian menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah (konfirmasi ). Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan instrumen penelitian tindakan. Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sejarah kelas XI.IPS di SMAN.1 Purwokerto adalah 79,00 sedangkan prosentasi ketuntasan klasikal minimal 75%. Dan skor minimal untuk kemampuan berpikir kritis adalah 90,00. Setelah pemberian perlakuan (treatment) selama tiga siklus peningkatan yang dicapai antara lain kemampuan berpikir kritis siswa, peningkatan yang dicapai adalah siswa pada siklus 1 memperoleh skor 74, siklus 2 memperoleh 85, dan siklus 3 meningkat pesat yaitu 140. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa pada siklus 1: 75,39 , kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 81,84 dan akhirnya pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 83,82. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus 1 ; 63,16%, kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 73,68% dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi sebesar 92,11%.