Abstrak
Makna Diferensiasi Karya Seni Lukis “Pasren” Di Kabupaten Klaten
Oleh :
Waluya - S701008016 - Sekolah Pascasarjana
“Pasren” (Paguyuban Senirupawan Klaten) adalah organisasi kesenian yang beranggotakan para seniman seni rupa yang berasal dari berbagai latar belakang sosial-budaya, pendidikan dan pekerjaan di Kabupaten Klaten. Ideologi, pemikiran dan filosofi dengan latar belakang diferensiasi kehidupan sosial-budaya yang melingkupi kehidupan pelukis “Pasren” mungkin dapat melahirkan corak dan gaya pada karya seni lukis berbeda-beda. Perwujudan keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis “Pasren” tersebut mungkin juga memiliki makna-makna tertentu untuk dipahami. Namun, tingkat pemahaman makna dan pengetahuan masyarakat awam mengenai seni lukis masih terbatas akibatnya apresiasi masyarakat tampaknya belum banyak memberikan simpati, empati, atau pun penghargaan yang signifikan. Padahal karya seni lukis merupakan bahasa komunikasi antara seniman dan masyarakat. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian adalah, (1) Apa yang melatarbelakangi pemikiran, ideologi dan filosofi keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis “Pasren”? (2) Bagaimana perwujudan keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis para anggota “Pasren”? (3) Bagaimana makna keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis “Pasren”?
Sesuai permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengkaji kejelasan yang melatarbelakangi pemikiran, ideologi dan filosofis keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis “Pasren”. (2) Untuk mengkaji perwujudan keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis “Pasren” yang memiliki makna dan (3) Untuk memaknai keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis “Pasren”
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan paradigma Tafsir Kebudayaan. Sesuai hakikat keilmuan, Tafsir Kebudayaan sebagai teori yang dianut oleh Clifford Geertz, adalah ilmu yang bersifat interpretatif untuk mencari makna. Penelitian bersifat terbuka, perubahan dianggap sebagai nilai tambah, bukan kegagalan. Oleh karena itu, penelitian tidak menggunakan hipotesis dan variabel yang dirinci secara eksplisit, maka menggunakan teori pendukung yang lain. Teori pendukung yang digunakan adalah teori Semiotika; suatu teori formal yang disesuaikan dengan hakikat objek, yakni seni lukis yang dianalogikan sebagai teks bahasa (baca: bahasa rupa) dan sebagai sistem tanda dan simbol yang perlu dimaknai. Sesuai hakikat metode analisis penelitian kualitatif, maka penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika. Pendekatan ini memungkinkan seseorang bebas menafsirkan karya seni lukis menurut pemahamannya sendiri secara kritis. Ruang lingkup penelitian meliputi seluruh anggota “Pasren”. Namun, untuk memberikan gambaran keperbedaan dalam keragaman lukisan, maka sesuai diambil sampel purposif yang diidentifikasi berdasarkan corak dan gaya yang dikaitkan dengan latar belakang sosial-budaya dari pelukis anggota „Pasren‟. Secara garis besar pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini menggunakan empat teknik, yaitu: a), wawancara mendalam b), observasi langsung, c) analisis dokumen, dan d) teknik cuplikan.
vii
Teknik analisis data mencakup tiga langkah, yakni reduksi, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun „hipotesis kerja‟. Hasil analisis data disajikan secara informal; secara deskriptif yaitu melalui kata-kata, kalimat, dan bentuk-bentuk narasi yang lain. Penyajian secara formal; baik melalui diagram maupun tabel hanya bersifat sebagai pelengkap.
Hasil penelitian mendapatkan temuan berupa keberagaman bentuk kehidupan sosial-budaya masyarakat Klaten berpengaruh dalam konsep berkarya yang melahirkan keragaman corak dan gaya hasil karya seni lukis “Pasren”. Corak dan gaya karya seni lukis tersebut menjadi simbol komunikasi budaya dan bahasa rupa antara pelukis dan pengamatnya. Setelah dilakukan analisis terhadap sejumlah hasil karya seni lukis “Pasren” dapat diketahui adanya perbedaan proses dan teknik berkarya yang menyebabkan terjadinya keperbedaan corak dan gaya yang masing-masing memiliki nilai estetis, struktur dan makna yang berbeda pula. Namun, berdasarkan hasil pemaknaan terhadap beberapa karya seni lukis “Pasren”, menunjukkan adanya keterkaitan dan kesamaan makna antara karya seni lukis satu dengan lainnya yang terbentuk oleh adanya latar belakang pemikiran, ideologi dan filosofis pelukis “Pasren” dalam berkarya seni lukis yang berwujud corak dan gaya misalnya: Naturalisme, Realisme, Impresionisme, Romantisme, Ekspresionisme, Surealisme, Kubisme dan Kubisme yang terangkum dalam perwujudan makna keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis “Pasren”, yakni makna ma’rifat, makna kehidupan dan makna sosial-budaya. Setelah dilakukan pemaknaan dan diteruskan dengan penafsiran terhadap keperbedaan dalam keragaman karya sen lukis “Pasren”, maka ditemukan bentuk konsep trilogifiguratif yang berupa struktur tiga bidang dwimatra (horizontal) dalam wujud bidang segi tiga mendatar (trimandala) dan trimatra (vertikal) dalam wujud limas segitiga ke atas (triloka). Keduanya sebagai lambang atau simbol trihitakarana. Trihitakarana berarti tiga hubungan keselarasan, yakni keselarasan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta, dan manusia dengan Tuhan. Berdasarkan konsep trilogifiguratif itu, maka dapat ditafsirkan sebuah korelasi antara tiga makna simbolis terhadap keragaman karya seni lukis “Pasren”, yakni makna ma’rifat, makna kehidupan, dan makna sosial-budaya dengan latar belakang konsep penciptaan seni lukis “Pasren” yang terdiri dari tiga hal, yakni latar belakang pemikiran, ideologi dan filosofi yang berpusat pada dzat Ghoib (Allah). Saran yang disampaikan adalah dapat membuka mata masyarakat dan pihak terkait, bahwa karya seni lukis itu tidak sekedar bentuk visual semata, tetapi lebih dari itu memiliki makna tertentu, sebagai salah satu alterantif komunikasi budaya dan dapat menumbuhkan kesadaran bersama dalam memberikan memberikan simpati, empati dan apresiasi terhadap karya seni lukis sebagai salah satu unsur kebudayaan yang ilmiah dan berkemajuan.