;

Abstrak


Dekonstruksi Makna Simbolik Batik Solo


Oleh :
Kawasaki Naomi - S70100800 - Sekolah Pascasarjana

Batik Solo Merupakan Salah Satu Wujud Budaya Adiluhung Jawa Yang Diakui Sebagai Bagian Warisan Budaya Takbenda Oleh UNESCO. Sebagai Produk Budaya, Batik Solo Dapat Diposisikan Sebagai Teks Budaya Yang Harus Dibaca Untuk Mengungkap Makna Simbolik Yang Dikandungnya Sesuai Dengan Ruang Dan Waktu Dari Si Pemakna (Subjek). Sebagaimana Logika Dekonstruksi Dalam Memahami Realitas Batik Solo, Pemaknaan Batik Solo Harus Dipandang Sebagai Suatu Proses Dan Juga Harus Dimaknai Secara Kontekstual. Sementara Itu, Dekonstruksi Terjadi Karena Adanya Pergeseran Pemahaman Subjek Atas Objek Yang Dipandang Sebagai Realitas Ciptaan (Produksi, Konstruksi) Atau Diciptakan Kembali (Reproduksi, Rekonstruksi). Penelitian Ini Dilakukan Dalam Ranah Ilmu Kajian Budaya Dengan Menggunakan Metode Analisis Data Kualitatif Dan Teknik Analisis Data Secara Deskriptif Dan Interpretatif Yang Menggunakan Pendekatan Hermeneutik. Di Dalam Penelitian Ini Teori Dekonstruksi Dari Derrida Diposisikan Sebagai Teori Utama Untuk Menjawab Ketiga Rumusan Masalah Penelitian Yang Dalam Penggunaannya Dibantu Dengan Teori Semiotika Komunikasi Visual Dari Umberto Eco Yang Digunakan Secara Eklektik. Hasil Yang Diperoleh Penelitian Ini Ada Tiga. Pertama, Dekonstruksi Makna Simbolik Batik Solo Yang Terjadi Disebabkan Oleh Kematian Metafisika Yang Didorong Kedua Aspek, Yakni: (1) Jejak-Jejak Perubahan Pemaknaan Atas Batik Solo; Dan (2) Batik Solo Dalam Konstelasi Global. Kedua, Proses Yang Terjadi Dalam Dekonstruksi Makna Simbolik Batik Solo Dapat Dipahami Melalui Dua Proses, Yaitu: (1) Dari Seni Alus (Adiluhung) Menjadi Warisan Budaya (Heritage); Dan (2) Dari Daur Hidup (Siklus Hidup) Menjadi Fashion. Ketiga, Dekonstruksi Makna Simbolik Batik Solo Memiliki Dua Implikasi, Yiatu: (1) Implikasi Terhadap Popularitas Batik Solo; Dan (2) Implikasi Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Solo.