Abstrak


Pola Komunikasi Interpersonal Di National Paralympic Committee Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Interpersonal Antara Pelatih Dan Atlet Difabel Di Organisasi National Paralympic Committee Surakarta)


Oleh :
Trimukti Oktaviasari - D1210074 - Fak. ISIP

Keterbatasan tidak menghalangi difabel untuk memberikan prestasi yang terbaik dibidang olahraga. Seorang perenang yang tanpa tangan atau kaki mampu meluncur di kolam dengan cepatnya, seorang pelari yang tidak dapat melihat mampu bertanding, berlari mencapai garis finish, hingga atlet lompat tinggi yang hanya dengan mengandalkan satu kaki dapat melakukan lompatan dengan sempurna. Mereka memiliki motivasi, dan memberikan inspirasi tentang bagaimana ditengah keterbatasan fisik dapat diatasi untuk memberikan prestasi yang terbaik dalam cabang olahraga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi interpersonal di NPC Surakarta, mengetahui bagaimana forum komunikasinya, metode yang digunakan, aliran komunikasi yang terjadi, isi pesan yang disampaikan, dan hambatan komunikasi yang terjadi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sampel diambil dengan menggunakan teknik snowball sampling dengan menunjuk seorang informan, kemudian informan yang terpilih dapat menunjuk informan yang lebih tahu, sehingga akan di dapat data yang lebih lengkap. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari unsur pembina, pelatih, dan atlet difabel National Paralympic Committee (NPC) Surakarta. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan pola komunikasi interpersonal antara pelatih dengan atlet NPC Surakarta dibagi menjadi dua, yaitu pada saat latihan (formal) dan diluar jam latihan (informal). Metode yang digunakan adalah metode tatap muka dan menggunakan media. Pesan yang disampaikan berisi instruksi, motivasi, dan solusi jika atlet memiliki masalah. Jika digambarkan, ada dua model komunikasi dalam penelitian ini, yaitu model komunikasi linear pada saat pelatih member instruksi kepada atlet, dan model komunikasi sirkuler pada saat atlet bertanya atau meminta saran. Hambatan komunikasi tidak dialami oleh pelatih, tetapi dialami oleh atlet yang kesulitan menangkap gerak bibir pelatih untuk untuk tuna rungu, dan keterlambatan memahami pesan yang disampaikan pelatih untuk tuna grahita. Sedangkan untuk tuna daksa dan tuna netra tidak ditemukan hambatan dalam berkomunikasi.