;

Abstrak


Proses Berpikir Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau Dari Adversity Quotient (Studi Pada Siswa Kelas Ix Smp Negeri 1 Jaten Kabupaten Karanganyar Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/ 2013)


Oleh :
Rany Widyastuti - S851108055 - Sekolah Pascasarjana

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) proses berpikir siswa SMP dengan tipe climber dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah Polya, (2) proses berpikir siswa SMP dengan tipe camper dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah Polya, dan (3) proses berpikir siswa SMP dengan tipe quitter dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah Polya. Penyelesaian masalah matematika dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah Polya, yaitu memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, dan memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan gabungan teknik stratified sampling dan purposive sampling. Subjek pada penelitian ini adalah 3 orang siswa kelas IX SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar, yang terdiri dari 1 orang siswa dengan tipe climber, 1 orang siswa dengan tipe camper, dan 1 orang siswa dengan tipe quitter. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik angket dan wawancara berbasis tugas yang dilakukan pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Teknik keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi waktu dan menggunakan kecukupan referensi. Teknik analisis data yang digunakan adalah konsep Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) siswa climber melakukan proses berpikir (a) asimilasi dalam memahami masalah, yaitu siswa dapat langsung mengidentifikasikan hal yang diketahui dan yang ditanya pada masalah, (b) asimilasi dalam menyusun rencana penyelesaian, yaitu siswa dapat langsung menentukan langkah dan metode apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) asimilasi dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu siswa dapat langsung menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada langkah sebelumnya, dan (d) asimilasi dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh, yaitu siswa dapat langsung menentukan cara untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperolehnya dengan melihat kesesuaian antara hasil yang telah diperoleh dengan hal yang diketahui pada masalah dan melalui persamaan yang telah dibuat sebelumnya; (2) siswa camper melakukan proses berpikir pada langkah (a) asimilasi dalam memahami masalah, yaitu siswa dapat langsung mengidentifikasi hal yang diketahui dan yang ditanya pada masalah, (b) asimilasi dan akomodasi dalam menyusun rencana penyelesaian, proses asimilasi terjadi pada saat siswa dapat langsung menentukan langkah dan metode apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, sedangkan proses akomodasi terjadi pada saat siswa perlu memodifikasi skema yang ada di pikirannya dengan informasi yang ada pada masalah untuk bisa membentuk model matematika, (c) asimilasi dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu siswa dapat langsung menyelesaikan masalah yang ada sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada langkah sebelumnya, (d) asimilasi dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh, yaitu siswa dapat langsung menentukan cara untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh dengan melihat kesesuaian antara hasil yang telah diperoleh dengan hal yang diketahui pada masalah; (3) siswa quitter melakukan proses berpikir pada langkah (a) ketidaksempurnaan proses asimilasi dan akomodasi dalam memahami masalah, ketidaksempurnaan proses berpikir asimilasi terjadi pada saat siswa dapat langsung mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan yang ditanya pada masalah, tetapi siswa tidak dapat menentukan secara lengkap hal yang diketahui pada masalah tersebut, sedangkan ketidaksempurnaan proses akomodasi terjadi pada saat siswa tidak dapat memodifikasi pengetahuannya dalam menentukan apakah siswa memerlukan informasi lain selain hal yang diketahui pada masalah untuk bisa menyelesaikan masalah, (b) tidak dengan asimilasi maupun akomodasi dalam menyusun rencana penyelesaian karena siswa tidak dapat menentukan langkah apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) tidak dengan asimilasi maupun akomodasi dalam menyelesaikan masalah sesuai perencanaan karena siswa tidak dapat menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, dan (d) tidak dengan asimilasi maupun akomodasi dalam memeriksa kembali hasil yang diperoleh karena siswa tidak dapat menyelesaikan masalah sehingga tidak ada hasil dari siswa yang harus diperiksa kebenarannya.