;

Abstrak


Peran Modal Sosial Terhadap Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru Bakteri Tahan Asam Positif Di Puskesmas Kabupaten Karanganyar


Oleh :
Mulyono Adji - S6006002 - Sekolah Pascasarjana

LATAR BELAKANG: Kabupaten Karanganyar tidak pernah mencapai target nasional case detection rate (CDR) Tuberkulosis paru sebesar 70%. Modal sosial adalah ikatan sosial dan kekuatan individu dalam komunitas untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan penelitian untuk mengetahui peran modal sosial terhadap CDR di Puskesmas Kabupaten Karanganyar. METODE: Penelitian ini merupakan epidemiologi analitik dengan mix quantitative-qualitative paradigm dan cross sectional. Data kuantitatif diambil dengan kuesioner tertutup skala sikap Guttman melalui disproportionate stratified random sampling dari total populasi 21 puskesmas. Data kualitatif diambil melalui purposive-theoritical sampling dan in-depth interview. Responden adalah kader kesehatan. Sumber data kualitatif adalah penderita, kader, tokoh masyarakat, aparat desa, dan petugas TB puskesmas. Variabel bebas adalah modal sosial dan variabel terikat adalah CDR puskesmas tahun 2011. Uji Validasi kuesioner dilakukan pada 60 responden kader dan petugas di puskesmas Jaten I. HASIL: Responden terdiri dari 130 kader dan 30 petugas TB puskesmas. Unit analisis kuantitatif di 7 puskesmas yang belum mencapai target dan 3 puskesmas yang telah mencapai target. Unit analisis kualitatif di Puskesmas Mojogedang I dan desa Mojogedang dari kelompok mencapai target serta Puskesmas Karanganyar dan desa Jantiharjo dari kelompok belum mencapai target. Uji korelasi kelompok kader didapatkan p=0,004 dan r=0,811 untuk saling membantu dan gotong royong, p=0,022 dan r=0,708 untuk musyawarah dan mufakat serta p=0,005 dan r= -0,809 untuk perkumpulan. Menghadiri pertemuan kelompok petugas didapatkan p=0,006 dan r=0,792. Koefisien standar beta didapatkan 0,811 untuk saling membantu dan gotong royong kelompok kader serta 0,792 untuk kebiasaan menghadiri pertemuan kelompok petugas. KESIMPULAN: Terdapat korelasi positif bermakna sangat kuat antara saling membantu dan gotong royong kelompok kader dengan CDR. Terdapat korelasi positif bermakna kuat antara musyawarah dan mufakat kelompok kader dengan CDR. Perkumpulan TB di kelompok kader pada penelitian ini menyebabkan penurunan CDR ditandai korelasi negatif bermakna sangat kuat. Terdapat korelasi positif bermakna kuat antara menghadiri pertemuan kelompok petugas dengan CDR. Saling membantu dan gotong royong pada kelompok kader memberikan kontribusi peran dalam meningkatkan CDR sebesar 81,1%. Kebiasaan menghadiri pertemuan kelompok petugas memberikan kontribusi peran sebesar 79,2% dalam meningkatkan CDR.