Abstrak
    
        
Partai Persatuan Pembangunan  dalam perkembangan politik di Surakarta (1973-1998)
    
    
        Oleh :
        Mahari Dwi Aryati - K4408035 - Fak. KIP
    
    
        Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui gabungan 
ideologi politik dalam Partai Persatuan Pembangunan di Surakarta tahun 1973-1998, dan (2) mengetahui lebih luas mengenai partisipasi politik Partai Persatuan 
Pembangunan dalam Perkembangan Politik di Surakarta tahun 1973-1998.
Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang 
digunakan berupa surat kabar, buku-buku, dan majalah. Teknik pengumpulan data 
menggunakan studi kepustakaan dan wawancara. Teknik analisis data 
menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisa yang mengutamakan 
ketajaman dalam mengolah suatu data sejarah. Prosedur penelitian dengan melalui 
empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (a) Partai Persatuan 
Pembangunan merupakan partai yang terbentuk atas kondisi yang tercipta dari 
proses penyederhanaan dan pelemahan peranan partai sebagai tujuan dari 
kebijakan pemerintahan Orde Baru dalam memperbesar pengaruhnya. PPP 
dibentuk pada 5 Januari 1973 sebagai hasil fusi dari empat partai Islam yaitu NU, 
Parmusi, Perti, dan PSII. PPP Surakarta sebagai kekuatan politik Islam semenjak 
fusi partai mengalami pasang surut, dan dipimpin oleh tiga periode kepemimpinan 
yaitu H. Abdillah Muslich (1973-1990), H. Nuryasman Illyas (1990-1995) dan H. 
Mudrick Setiawan Malkan Sangidoe (1995-2000), (b) Potret perkembangan dan
kehidupan PPP di Surakarta selama masa Orde Baru (1973-1998) diwarnai 
dengan perimbangan perolehan suara pada tiap putaran pemilu dan pola 
kepemimpinan yang diterapkan dari periode ke periode. Perkembangan PPP 
Surakarta diwarnai dengan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan PPP sebagai 
organisasi sosial politik di Surakarta. Permasalahan-permasalan internal terkait 
gabungan ideologi yang melanda partai itu di tingkat kepengurusan pusat, ternyata 
tidak dialami oleh para pengurus DPC PPP Surakarta. Masalah lain yang 
berkembang adalah partisipasi masyarakat Surakarta sebagai pendukung PPP. 
Partisipasi masyarakat Surakarta terhadap PPP dapat dipetakan dengan melihat 
karakteristik wilayah Surakarta yang didasarkan atas penyebaran penduduk 
menurut etnis, agama, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan
The objectives of research are: (1) to find out the political ideology 
combination in Partai Persatuan Pembangunan (Development Unity Party) in 
Surakarta in 1973-1998 and (2) to find out the political participation of Partai 
Persatuan Pembangunan in political development in 1973-1998.
This study employed a historical method. The data source used was 
newspaper, books, and magazine. Data collection techniques using literature 
study. Analysis using techniques of historical analysis, that analysis which put
the sharpness in processing a data history. With research procedures through 
four stages which include: heuristics, criticism, interpretation, and 
historiography.
Based on the result of research, it could be concluded that: (a) Partai 
Persatuan Pembangunan is the party built on the condition created from the 
narrowing and attenuating process of party’s role as the objective of New Order’s 
government policy in expanding their domination. PPP had been founded on 
January 5, 1993 as the fusion of four Islamic parties: NU, Parmusi, Perti, and 
PSII. PPP of Surakarta as the Islamic political power since experienced the rise 
and fall, in three leadership periods of H. Abdillah Muslich (1973-1990), H. 
Nuryasman Illyas (1990-1995), and H. Murdrick Setiawan Malkan Sangidoe 
(1995-2000), (b) Portrait of PPP development and life in Surakarta during New 
Order time (1973-1998) was colored by the balanced vote gaining in each election 
turn and the leadership applied from one period to another. The development of 
Surakarta PPP was colored by various events relevant to PPP as a social political 
organization in Surakarta. The internal problems related to ideology combination 
befalling the party at central leadership level, in fact did not befall the 
administrators of Surakarta PPP’s DPC (Branch Leadership Council). Another 
problem developing was that the participation of Surakarta people as the PPP 
proponents. The participation of Surakarta people in PPP could be mapped by 
seeing the characteristics of Surakarta area based on the demographic distribution 
by ethnic, religion, livelihood, and education level.