Abstrak


Studi Komparasi Sistem Plasma-Inti dan Sistem Sewa pada Pengelolaan Tanaman Stevia Secara Ekonomi di Kecamatan Tawangmangu


Oleh :
Tria Hesti Dewosekarsari - H0809109 - Fak. Pertanian

Masyarakat di Indonesia umumnya hanya mengenal tebu dan aren sebagai tanaman penghasil gula, padahal ada tanaman lain yang dimanfaatkan sebagai pemanis yakni stevia. Stevia baik bila dijadikan pengganti gula bagi penderita diabetes dan obesitas. Pada penelitian ini terdapat dua buah sistem dalam pembudidayaan tanaman stevia, yaitu sistem sewa yang diterapkan di Desa Tengklik dan sistem plasma-inti yang diterapkan di Desa Tawangmangu. Sistem sewa yang dilakukan petani adalah sistem penyewaan tanah atau oleh petani kepada investor atau perusahaan yang membudidayakan tanaman stevia. Sedangkan sistem plasma-inti adalah sistem yang diterapkan ketika investor memberikan modal kepada petani guna membudidayakan stevia. Dalam hal ini petani bertanggungjawab langsung dalam proses penanaman pada lahan yang dimiliki kemudian hasil panen stevia langsung dibeli oleh investor. Dari kedua sistem tersebut, kemudian dilakukan studi komparasi usahatani guna mengetahui sistem yang dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dan mensejahterakan petani. Sehubungan dengan hal tersebut maka penelitian ini membahas beberapa hal yaitu berapa besarnya biaya dan penerimaan, keuntungan, dan tingkat rentabilitas pada usahatani stevia dengan sistem plasma-inti di Desa Tawangmangu dan sistem sewa di Desa Tengklik. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis biaya (TC = TFC + TVC), penerimaan (TR = Q x Pq), keuntungan (π = TR – TC), dan Rentabilitas (L/M x 100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya usahatani stevia dengan sistem plasma-inti adalah Rp 3.364.712 per usahatani dengan penerimaan sebesar Rp 4.815.022 dan rata-rata biaya usahatani stevia dengan sistem sewa adalah Rp 4.197.458 per usahatani dengan penerimaan sebesar Rp 4.848.298. Rata-rata keuntungan petani dangan sistem plasma-inti adalah Rp 1.450.310 dan pada sistem sewa adalah Rp 650.840. Dapat diambil kesimpulan bahwa sistem plasma-inti lebih menguntungkan petani daripada sistem sewa. Tingkat rentabilitas pada usahatani dengan sistem plasma sebesar 43,1 % dan pada sistem sewa sebesar 15,5 %.