Abstrak


Evaluasi penentuan harga pokok produksi furniture pada UD. Filippo Wonogiri dengan metode pesanan


Oleh :
Triyanto - F3304123 - Fak. Ekonomi dan Bisnis

ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai evaluasi penentuan harga pokok produksi furniture yang terjadi pada UD Filippo Wonogiri sebagai salah satu penghasil barang-barang furniture sekaligus sebagai exportir barang-barang furniture ke luar negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan dan pengakumulasian biaya-biaya produksi dalam penentuan harga pokok produksi furniture. Apakah penentuan harga pokok produksinya sudah tepat atau belum? Perusahaan UD Filippo Wonogiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, yang mengolah bahan setengah jadi dari para pengrajin menjadi barang yang siap dijual ke pasaran. Hasil produk berupa barang furniture misalnya bedside, console set, phone table, cd rak, yuyu chair,flower stand, dll. Hasil produksi selain dipasarkan di dalam negeri kebanyakan barang-barang furniture tersebut dipasarkan ke luar negeri. Proses produksi yang terjadi di UD Filippo Wonogiri dilakukan secara pesanan, terputur-putus, menurut spesifikasi pemesan. Oleh karena itu, penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan metode harga pokok pesanan (job order costing). UD Filippo Wonogiri menentukan harga pokok produksi berdasarkan pada total biaya produksi yang terjadi untuk pesanan tertentu dibagi dengan jumlah unit barang yang dipesan. Analisa data dilakukan dengan membandingkan antara penghitungan harga pokok produksi yang dilakukan UD Filippo Wonogiri dengan penghitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh penulis. Dari hasil penelitian diketahui ada kelebihan pada penghitungan harga pokok produksi oleh UD Filippo Wonogiri. Namun ada pula kelemahan-kelemahan yang dilakukan dalam pengakumulasian dan penghitungan harga pokok produksi, yaitu 1) biaya overhead yang hanya terdiri dari biaya penolong saja, sementara biaya listrik & PAM, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja tak langsung dibebankan pada laporan rugi laba periode yang besangkutan, 2) tidak ada kartu harga pokok produksi. Dari kelemahan-kelemahyan tersebut, penulis melakukan penghitungan kembali harga pokok produksi furniture dengan referensi-referensi yang ada, yaitu memasukkan biaya yang seharusnya masuk biaya overhead ke dalam komponen biaya produksi, adanya BOP yang dibebankan dimuka berdasarkan komponen yang paling dominan, pembuatan kartu harga pokok produksi.