Abstrak


Efektivitas implementasi kebijakan dekan tentang penggunaan seragam dalam rangka pembentukan karakter mahasiswa fkip uns


Oleh :
Anisse Alami - K7408062 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas implementasi kebijakan dekan tentang penggunaan seragam ditinjau dari segi context, efektivitas implementasi kebijakan dekan tentang penggunaan seragam ditinjau dari segi input, efektivitas implementasi kebijakan dekan tentang penggunaan seragam ditinjau dari segi process, dan efektivitas implementasi kebijakan dekan tentang penggunaan seragam ditinjau dari segi product. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengevaluasi sebuah kebijakan dalam bidang pendidikan dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Obyek penelitian adalah seluruh mahasiswa FKIP UNS mulai tahun angkatan 2008. Sumber data berasal dari arsip, buku, majalah, hasil foto, kata-kata dan tindakan subyek penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah puposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Sedangkan validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa: dilihat dari segi context, latar belakang dibuatnya kebijakan dekan tentang penggunaan seragam bagi mahasiswa FKIP adalah kondisi cara berpakaian mahasiswa FKIP yang tidak mencerminkan karakter calon pendidik seperti memakai baju ketat dan terlalu pendek, memakai celana jeans pensil, berkaos, bahkan rambut diwarna dengan warna yang tidak wajar. Tujuan penggunaan seragam adalah untuk membentuk karakter sebagai seorang calon guru yang disiplin, taat dan tertib pada aturan, membentuk kewibawaan melalui pembiasaan saat masih menjadi calon guru (mahasiswa), mengurangi kesenjangan ekonomi, membentuk sense of belonging terhadap FKIP, membentuk sense of unity, sebagai pembeda dengan mahasiswa fakultas lain (identitas), agar mahasiswa terlihat rapih, dan filter atas perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan seorang calon guru. Dilihat dari segi input, keterlibatan para pelaksana kebijakan dalam pembuatan kebijakan sampai pada tahap penyampaian kondisi cara berpakaian mahasiswa FKIP yang disampaikan dalam MKPF hingga rapat senat. Kemudian berkembang pada usulan dibuatnya sebuah regulasi yang mengatur cara berpakaian mahasiswa FKIP. SE tersebut keluar sebagai bagian dari usulan-usulan yang berkembang, namun secara redaksional telah ditentukan oleh dekan. Jenjang organisasi di bawah fakultas diberi kebebasan dalam menentukan strategi untuk menyukseskan kebijakan. Terdapat berbagai reaksi atas kemunculan SE tersebut antara lain senang, senang namun masih merasa kurang puas karena landasan hukum yang masih berupa SE, terkejut, dan biasa. Selama ini tidak ada civitas akademika yang bereaksi menolak secara langsung pada kebijakan tersebut. Dilihat dari segi process, pemanfaatan sarana prasana selama proses sosialisasi sudah cukup banyak. Namun pemanfaatan sarana prasarana yang dimanfaatkan selama ini kurang mengena pada mahasiswa dan hampir tidak ada perkembangan berarti. Selama ini rata-rata sarana yang digunakan setiap tahun adalah peringatan yang ditempel di Gedung F, penempelan SE di mading jurusan, prodi, BKK, tulisan di buku pedoman, dan membagikan SE pada saat Osmaru. Perkembangan pemanfaatan sarana prasarana dari tahun-tahun sebelumnya adalah penempelan banner di Gedung D dan SMS Gateway. Hambatan yang terjadi selama proses implementasi adalah masih belum kuatnya dasar hukum kebijakan, kurangnya kepedulian dosen, dan kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana untuk menyosialisasikan kebijakan. Hambatan-hambatan yang ada saat ini mengakibatkan masih adanya mahasiswa yang tidak tertib berseragam secara baik selama proses implementasi kebijakan. Dilihat dari segi product, tujuan penggunaan seragam sudah dapat tercapai dengan cukup efektif. Perubahan yang terjadi setelah mahasiswa menggunakan seragam adalah mahasiswa menjadi lebih tertib, disiplin, bangga terhadap FKIP (sense of belonging), lebih terkontrol dalam bertindak, merasa lebih berwibawa dan dapat ditauladani. Meski di luar itu masih terdapat mahasiswa yang malu saat berseragam dan kurang memperhatikan segi kepatutan dalam berseragam. Seragam belum mempengaruhi karakter keseharian mahasiswa dari segi penampilan lahiriah. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada saat mahasiswa berseragam di hari Senin dan Selasa dengan cara mahasiswa berpakaian di hari selain itu. Misalnya menggunakan celana jeans dan baju yang ketat Kata kunci: seragam, mahasiswa, pendidikan karakter, CIPP