Abstrak


Prosedur Perolehan Kredit Pemilikan Rumah (Kpr) Sejahtera Di Pt. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta


Oleh :
Ayu Ristiana - D1510013 - Fak. ISIP

KPR Sejahtera FLPP adalah Kredit Pemilikan Rumah program kerjasama dengan Kementerian Perumahan Rakyat dengan suku bunga rendah, cicilan ringan dan tetap sepanjang jangka waktu kredit. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta mengunggulkan KPR Sejahtera karena banyak masyarakat dari kalangan menengah kebawah yang berminat untuk memiliki rumah. Walaupun dari kalangan menengah kebawah, masyarakat dapat memiliki rumah dengan angsuran ringan dan prosesnya cepat. Tujuan dari pengamatan ini yaitu untuk mengetahui prosedur perolehan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Sejahtera di PT. Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta dan juga untuk mengetahui berbagai kendala pada saat mengajukan hingga proses kredit selesai. Jenis pengamatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan mengenai Prosedur Perolehan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ejahtera di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta yang digambarkan dalam bentuk kalimat berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Sumber data diperoleh dari narasumber, lokasi peristiwa, serta dokumen dan arsip. Sedangkan pengumpulan data didapatkan dari wawancara dengan debitur dan karyawan BTN, observasi atau pengamatan, dan mengkaji dokumen dan arsip. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif yaitu menggunakan tiga komponen berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil pengamatan mengenai Prosedur Perolehan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Sejahtera di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta melalui beberapa tahapan yang harus dilalui calon debitur yaitu tahap permohonan kredit, tahap wawancara, tahap on the spot, tahap keputusan kredit, tahap penandatanganan akad kredit, tahap realisasi kredit, tahap pengangsuran kredit, dan tahap pelunasan kredit. Di dalam pengamatan ini ditemukan kendala-kendala berupa kurang efektifnya waktu debitur yang ingin mengetahui syarat-syarat pengajuan kredit, kurangnya loket Loan Service dalam memberikan pelayanan sehingga antrian debitur terlalu banyak, dan petugas Loan Service yang kurang memahami karakter debitur dan menciptakan suasana yang santai sehingga debitur tidak mau terbuka pada saat dilakukan wawancara.