Abstrak
Aplikasi Zat Pewarna Alami Pada Batik Dengan Menggunakan Kulit Kayu Mahoni (Swietenia Mahogani), Kulit Kayu Soga Jambal(Pelthophorum Ferruginum),Dan Kulit Kayu Soga Tingi(Ceriops Tagal)
Oleh :
Lita Indriyani - I8310041 - Fak. Teknik
Kemajuan teknologi mengakibatkan zat warna alami semakin terkikis dengan adanya zat warna sintetis.Pewarna sintetis mempunyai keuntungan warna yang lebih mencolok, lebih seragam,dan lebih praktis dalam penggunaanya. Sedangkan kelemahan zat warna sintetisbanyak terdapat logam yang berbahaya bagi lingkungan.Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan atau sumber-sumber mineral. Keuntungan zat warna alamiadalahlebih ramah lingkungan karena tidak beracun dan aman bagi kesehatan. Kelemahan pewarna alami adalah kesulitan dalam penyimpanan.Ketika zat warna alamidalam bentuk cair disimpan terlalu lama, maka zat warna akanmudah terurai. Untuk itu, zat warna alami perlu disimpan dalam bentuk serbuk.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan zat warna alami adalah ekstraksi secara batch. Ekstraksi dilakukan dengan perbandingan bahanbaku dan pelarut 1:10, 1:7, dan 1:5. Bahan baku yang digunakan adalah kulit kayu mahoni,jambal, dantingi. Hasil ekstrak terbaik diperoleh dengan perbandingan 1:5 untuk semua bahan baku. Pembuatan serbuk dilakukan dengan memasukkan larutan ekstrak ke dalam spray dryer, sehingga diperoleh serbuk zat warna alami. Pengaplikasian serbuk zat warna digunakan 1 gram/100 ml, 2 gram/100 ml, 3 gram/100 ml, 4 gram/100 ml, dan 5 gram/100 ml. Pencelupan dengan zat pewarna alami dilakukan dengan 2 kondisi yaitu ekstrak dan serbuk. Pencelupan kain dilakukan sebanyak 5 kali dengan masing-masing perendamanselama 15 menit dan dikeringkan.Setelah itu dilakukan fiksasi (penguncian warna) pada batik.Fixer yang digunakan adalah tunjung (mengubah warna pada batik menjadi lebih gelap), tawas (mempertahankan warna pada batik), dan kapur (mengubah warna pada batik menjadi lebih muda).Kain batik yang telah difiksasi dilakukan pengujian kelunturan terhadap cucian dengan launderometer dan terhadap gosokan dengan crockmeter.Hasil pengujian dianalisa dengan staining scale(skala penodaan) dan grey scale(skala abu-abu). Pengujian dengan skala penodaan dibagi menjadi 2 yaitu dengan gosokan basah dan gosokan kering. Dari hasil pengujian gosokan basah dan kering , diperoleh hasil terbaik dengan pewarna jambal, larutan fixer tawas, dan pada kondisi serbuk. Sedangkan pada skala abu-abu diperoleh hasil terbaik dengan pewarna jambal, fixer tawas, dan pada kondisi serbuk.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian serbuk optimum terhadap kain batik adalah 4 gram/100 ml air dengan 5 kali pencelupan. Hasil ketahanan luntur terbaik terhadap cucian dan gosokan adalah jambal dengan larutan fixer tawas dan pada kondisi serbuk.