Abstrak


Analisis Efisiensi Layout Fasilitas Produksi Pada Perusahaan Sablon “Cv Kencana Print” Di Boyolali


Oleh :
Alvist Rulliando Fernandes - F3510009 - Fak. Ekonomi dan Bisnis

Tata letak fasilitas produksi merupakan suatu cara untuk mengatur segala fasilitas fisik dari sistem guna mendapat hasil yang optimal serta dapat mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada proses produksi sablon pada “CV. KENCANA PRINT. Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana alur proses produksi pengerjaan sablon pada perusahaan sablon “CV. KENCANA PRINT”, bagaimana efisiensi layout fasilitas produksi pada perusahaan sablon “CV. KENCANA PRINT”, dan bagaimana relayout yang efisien pada Perusahaan sablon “CV. KENCANA PRINT” terhadap pelaksanaan layout agar lebih optimal lagi. Ada beberapa alur/tahab proses produksi sablon yaitu A (Kantor/Surat Perintah Kerja), B (Persiapan Gambar), C (Afdruck), D (Persiapan Obat), E (Prof/Prototipe), F (Produksi), G (Finishing). Proses produksi sablon dapat dikelompokkan pada elemen-elemen pekerjaan yang ada berdasarkan stasiun kerja yaitu pekerjaan ABCDE terdapat pada stasiun kerja 1, pekerjaan FG terdapat pada stasiun kerja 2. Dari analisis diperoleh tingkat efisiensi dan efektivitas layout yang ada pada proses produksi sablon. Dari 2 siklus kerja yang ada, satu diantaranya adalah siklus kerja yang diterapkan perusahaan yaitu siklus kerja 0,5100 menit menghasilkan waktu menganggur 0.0900 menit, efisiensi 91.18%, tingkat efektivitas 94% dan tinggkat penundaan 8.82 %. Sedangkan siklus kerja yang diterapkan penulis yaitu siklus kerja 0.4800 menit menghasilkan waktu menganggur 0.0300 menit, efisiensi 96.87%, tingkat efektivitas 100% dan tinggat penundaan 3.13 %. Dari 2 stasiun kerja yang ada yaitu 0,5100 menit dan 0,4800 menit jauh lebih menguntungkan dengan menggunakan stasiun kerja 0,4800 menit karena menghasilkan waktu menganggur 0.0300 menit, efisiensi 96.87%, tingkat efektivitas 100% dan tinggat penundaan 3.13 %. Untuk itu penulis menyarankan agar perusahaan menerapkan stasiun kerja 0,4800 menit.