Abstrak
Studi Perkembangan Bentuk Visual Kerajinan Loro Blonyo Di Bobung Putat Patuk Gunungkidul Yogyakarta
Oleh :
Siti Fauziah - K3208049 - Fak. KIP
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejarah kerajinan Loro Blonyo di
Dusun Bobung, Putat, Patuk, Gunungkidul. (2) Perkembangan bentuk visual
kerajinan Loro Blonyo di Dusun Bobung, Putat, Patuk, Gunungkidul dari waktu
ke waktu ditinjau dari aspek visualnya yang meliputi aksesoris, tata rias, tata
busana, gaya, proporsi tubuh, sikap, ukuran, warna dan proses pembuatan yaitu
meliputi bahan, alat, proses pembentukan dan finishing.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian
studi kasus tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan meliputi: (1)
informan, (2) tempat dan peristiwa, (3) dokumen dan (4) kepustakaan. Teknik
pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dokumen,
dan kepustakaan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Uji keabsahan data dicapai dengan menggunakan triangulasi data dan review
informan. Teknik analisis data menggunakan analisis model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Sejarah kerajinan Loro
Blonyo di Bobung berawal dari banyaknya masyarakat yang tertarik terhadap
patung Loro Blonyo sehingga Rama Asma (Abdi dalem KeratonYogyakarta) dan
Pak Tukiran (pengrajin dari Bobung) berinisiatif untuk membuat kerajinan Loro
Blonyo sebagai usaha pelestarian. Kerajinan tersebut mulai berkembang
bersamaan dengan munculnya industri-industri kerajinan pada tahun 1990-an. (2)
Pada tahun 1990-an kerajinan Loro Blonyo mulai ditransformasikan menjadi
Menongan yang lebih mempertimbangkan aspek estetik dan ekonomis. Dari aspek
visual kerajinan Loro Blonyo sulit berkembang karena perajin hanya meniru
bentuk Loro Blonyo yang sudah dibuat oleh perajin sebelum-sebelumnya sehingga
terkesan monoton. Hal ini berbeda dengan kerajinan Menongan,yang mana dari
aspek visualnya lebih cepat berkembang karena menampilkan bentuk yang
cenderung bebas dan luwes sehingga karya yang dihasilkan lebih beragam.
Perkembangan Loro Blonyo menjadi Menongan dari aspek bentuk masih memiliki
persamaan yaitu sama-sama menggambarkan pasangan laki-laki dan perempuan
dengan busana yang bernuansa corak tradisional Jawa.