Abstrak


Perkembangan perdagangan etnis cina di Bengkulu pada akhir abad XVIII sampai awal abad XIX


Oleh :
Heles Yarmaini - - Fak. Sastra dan Seni Rupa

Penelitian ini adalah penelitian sejarah yang menguraikan mengenai perkembangan perdagangan etnis Cina di Bengkulu pada akhir abad XVIII sampai awal abad ke XIX. Etnis Cina yang merupakan salah satu komunitas yang berpengaruh terhadap refleksi sikap masyarakat pribumi setempat terhadap keberadaan mereka. Dengan pertimbangan peneliti memilih etnis ini, karena etnis ini mempunyai pengaruh dan peranan yang sangat berarti terhadap kondisi sosial ekonomi di Bengkulu. Terutama ketika terjadi perubahan susunan pemerintahan dari Keasistenresidenan Bengkulu ditingkatkan menjadi Karesidenan Bengkulu. Sementara itu seperti yang disebutkan di atas, sampai saat ini jarang ditemukan penelitian mengenai perkembangan aktivitas ekonomi etnis Cina pada zaman kolonial, khususnya di Bengkulu. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah, 1) Bagaimana awal perkembangan perdagangan tradisional Cina di Bengkulu pda akhir abad XVIII sampai awal abad XIX, 2) Bagaimana Interaksi sosial dan pemukiman model pecinan di Bengkulu, 3) Serta bagaimana perkembangan ekonomi dan perubahan masyarakat di Bengkulu Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap. Tahap pertama adalah heuristik, yaitu mengumpulkan sumber-sumber sejarah melalui penelusuran arsip, serta studi pustaka. Tahap kedua adalah kritik, yaitu memeriksa keotentikan dan validitas sumber yang didapat. Tahap ketiga adalah interpretasi berupa penafsiran atas data sehingga memperoleh fakta-fakta sejarah. Tahap keempat adalah historiografi, yaitu menyajikan fakta-fakta yang diperoleh tersebut dalam bentuk tulisan sejarah. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Masa penjajahan selama berabad-abad telah mewariskan kepada Indonesia suatu struktur perekonomian yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan asing dan para pedagang Cina. Perusahaan besar milik orang barat, terutama Belanda mendominasi bidang-bidang, seperti perkebunan, pertambangan, perdagangan luar negeri, industri, dan perbankan. Boleh dikatakan semua perusahaan besar berada di tangan orang-orang Belanda, sedangkan golongan etnis Cina menguasai sektor menengah yang menjadi perantara antara perusahaan-perusahaan asing dengan orang pribumi. Kelompok pedagang Cina ini menguasai industri kecil dan menampung hasil para petani kecil serta menguasai sebagian lalu lintas kegiatan pedagang kecil. Tidak lain karena selama penjajahan Belanda, bangsa Indonesia dididik untuk menjadi buruh dan pegawai negeri saja, sedangkan yang diberi kesempatan dan dipupuk menjadi pedagang dan pengusaha ialah terutama golongan Cina. Para pengusaha Cina bergerak dalam sektor perantara seperti menjadi distributor, agen, dan penjualan komoditi perdagangan di dalam negeri dalam skala menengah dan kecil. Selain itu golongan swasta Cina masih tetap memegang pemborongan penjualan komoditi monopoli pemerintah, yang pada abad XIX cenderung meningkat dan meluas. Diantaranya ialah peningkatan penjualan candu atau opium pacht semakin besar volume dan daerah pemasaran ke wilayah pedalaman.