Abstrak


Kajian Bentuk Motif Hias Pada Bangunan Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran Surakarta


Oleh :
Wahid Budiarto - K3206043 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui latar belakang sejarah berdirinya Istana Pura Mangkunegaran. 2) Untuk mengetahui ciri-ciri bentuk motif hias di bangunan Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan purposive sampling yaitu memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan kajian pustaka. Untuk menjamin keabsahan data, dipakai triangulasi sumber, reviu informan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Sejarah berdirinya Istana Mangkunegaran merupakan sebuah pusat pemerintahan keprajan. Kadipaten Mangkunegaran yang terbentuk pada tahun 1757. Daerah wilayahnya termasuk daerah praja (kasunanan) Surakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Raden Mas Said atau dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I. Dengan banyaknya pemberontakan yang terjadi memicu terjadinya perang yang merebutkan kekuasaan dan pada akhirnya diadakannya Perjanjian Gianti tepatnya tanggal 13 Februari 1757 yang dihadiri pula oleh kompeni, hasil dari perjanjian tersebut membagi kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Keraton Yogyakarta dan Surakarta yang dipimpin oleh raja yang Bergelar Hamengku Buwana. Kemudian kerajaan Surakarta sendiri terpecah lagi dari hasil perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 yang salah satunyamenjadi Pura Mangkunegaran dengan gelar raja Mangkunegara. 2) Istana Pura Mangkunegaran pada bangunan Pendhapa Ageng ini berbentuk rumah tradisional Jawa (joglo), pada dasarnya rumah bangunan ini berbentuk segi empat yang memiliki tiang utama empat yaitu dinamakan (saka guru), dan pada bagian atap paling atas yaitu brunjung, lalu pada urutan kebawah yaitu atap penanggap, penitih dan peningrat. Di tinjau dari segi bangunannya pun sangat berbeda bila dibandingkan dengan bangunan rumah Jawa pada umumnya. Dapat dikatakan bangunan pada pendhapa ini sangat besar maka dari itu dinamakan Pendhapa Ageng karena memang sangat luas bentuk dan ukurannya, serta memiliki beragam bentuk motif hias yang terdapat pada dalam Pendhapa.