Abstrak


Alih kode dan interferensi dalam percakapan bahasa jawa oleh perangkat desa di kantor Desa Banyudono Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali (Kajian Sosiolinguistik)


Oleh :
Titi Suryaningrum - C0109039 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu bentuk tingkat tutur bahasa Jawa (TTBJ), bentuk alih kode (AK), jenis interferensi, fungsi serta faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan TTBJ, AK, interferensi dalam percakapan bahasa Jawa oleh PD dan masyarakat di kantor Desa Banyudono. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk TTBJ, bentuk AK, dan jenis interferensi, menjelaskan fungsi serta faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan TTBJ, AK, interferensi dalam percakapan bahasa Jawa oleh PD dan masyarakat di kantor Desa Banyudono. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data lisan yang berwujud tuturan. Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil rekaman dari tuturan bahasa Jawa oleh PD di Kantor Desa Banyudono. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini berupa semua tuturan informan yang terdapat pada sumber data. Sampel dalam penelitian ini adalah tuturan bahasa Jawa PD dan masyarakat di kantor Desa Banyudono yang mengandung TTBJ, AK dan interferensi yang dapat mewakili informasi para informan. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak. Metode analisis data yaitu metode distribusional dan metode padan referensial. Dari analisis data ditemukan: 1) empat bentuk TTBJ, meliputi TTBJ ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus. Bentuk AK yang ditemukan adalah AK intern yaitu AK tingkat tutur terjadi dari TTBJ krama lugu ke ngoko lugu dan sebaliknya, AK dari TTBJ ngoko alus ke ngoko lugu. AK bahasa terjadi dari BJ ke BI dan sebaliknya. Pada AK ekstern terjadi dari BJ ke bahasa Arab dan sebaliknya. Jenis interferensi yang ditemukan adalah interferensi fonologi, interferensi morfologi, interferensi leksikal, dan interferensi semantik ekspansif. 2) Fungsi TTBJ ngoko lugu adalah menciptakan suasana yang santai, akrab antara penutur dan mitra tutur; untuk memperlancar komunikasi. Fungsi TTBJ ngoko alus, krama lugu, krama alus sangat mirip yaitu kata-kata yang halus digunakan untuk menghormati mitra tutur. Fungsi AK untuk menekankan tuturan pada topik yang dipentingkan, untuk mengutip kalimat, untuk ngudarasa, merayu mitra tutur, untuk mengembalikan situasi non-formal ke formal, untuk menyakinkan mitra tutur, untuk melakukan transliterasi, untuk memberi informasi, untuk berdoa, dan untuk memperlancar komunikasi. Fungsi interferensi adalah sebagai unsur serapan dan untuk mempermudah penyampaian maksud tuturan. 3) Faktor yang melatarbelakangi penggunaan TTBJ yakni dari status sosial dan umur dari para peserta tutur, hubungan akrab-tidak akrab antarpenutur, dan faktor situasional seperti formal dan tidak formal suatu tuturan. (b) Faktor yang melatarbelakangi terjadinya AK yakni dilihat dari delapan komponen tutur, yaitu SPEAKING. (c) Faktor yang melatarbelakangi terjadinya interferensi karena penutur tidak menguasai kosakata BJ, karena menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan, prestise bahasa donor, kedwibahasaan penutur, penutur tidak memahami kaidah TTBJ, kebutuhan akan sinonimi, dan tidak cukupnya kosakata bahasa penerima.