Abstrak
Efektivitas Pupuk Organik Pada Tumpangsari Kedelai Dengan Jagung Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk N, P dan K
Oleh :
Evi Oktanika - H0709035 - Fak. Pertanian
Tumpangsari merupakan kegiatan menanam beberapa jenis tanaman yang berbeda pada suatu lahan dan waktu yang sama. Pola pertanaman tumpangsari menghendaki ketersediaan unsur hara yang cukup. Kebanyakan petani menyiasati hal ini dengan penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus mengakibatkan berkurang kesuburannya sehingga kebutuhan pupuknya terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui imbangan dosis pupuk organik dan anorganik yang optimal untuk pertumbuhan tumpangsari kedelai-jagung dan mengkaji pemakaian pupuk organik untuk menggantikan penggunaan pupuk kimia.
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jumantono, Karanganyar mulai bulan Februari 2013 sampai Mei 2013. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik : P0 = pupuk organik 0 kg /ha, Urea 150 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha ; P1 = pupuk organik 800 kg/ha, Urea 125 kg/ha, SP-36 83,33 kg/ha, KCl 83,33 kg/ha ; P2 = pupuk organik 1600 kg/ha, Urea 100 kg/ha, SP-36 66,66 kg/ha, KCl 66,66 kg/ha ; P3 = pupuk organik 2400 kg/ha, Urea 75 kg/ha, SP-36 49,99 kg/ha, KCl 49,99 kg/ha ; P4 = pupuk organik 3200 kg/ha, Urea 50 kg/ha, SP-36 33,33 kg/ha, KCl 33,33 kg/ha ; P5 = pupuk organik 4000 kg/ha, Urea 25 kg/ha, SP-36 16,67 kg/ha, KCl 16,67 kg/ha ; P6 = pupuk organik 4800 kg/ha, Urea 0 kg/ha, SP-36 0 kg/ha, KCl 0 kg/ha. Penanaman menggunakan pola tumpangsari additive series dengan dua petak monokultur kedelai (K0) dan jagung (J0), masing-masing perlakuan diulang empat kali. Analisis data dilakukan dengan uji F pada taraf 5% dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf kepercayaan 95% apabila terdapat beda nyata. Variabel pengamatan kedelai meliputi: tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, berat 1000 biji, hasil biji per petak, berat segar dan berat kering brangkasan; jagung: tinggi tanaman, jumlah tongkol per tanaman, jumlah biji per tongkol, berat 1000 biji, hasil biji per petak, berat segar dan berat kering brangkasan.
Imbangan dosis pupuk organik dan anorganik yang cenderung optimal untuk tumpangsari kedelai-jagung adalah P1 (pupuk organik 800 kg/ha, Urea 125 kg/ha, SP-36 83,33 kg/ha dan KCl 83,33 kg/ha) dengan produksi hasil tertinggi yaitu kedelai 1,52 ton/ha dan jagung 1,25 ton/ha. Perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan tumpangsari pupuk anorganik. Pada perlakuan penelitian tersebut, pupuk organik belum sepenuhnya mengurangi peran pupuk N, P dan K.